iNews Complex – Pemerintah Arab Saudi secara tegas mengecam serangan militer Israel terhadap Gereja Keluarga Kudus di Gaza. Gereja tersebut merupakan satu-satunya tempat ibadah Katolik di Jalur Gaza dan menjadi tempat berlindung bagi warga sipil yang terjebak dalam konflik berkepanjangan. Oleh karena itu, serangan yang menewaskan sedikitnya tiga orang dan melukai sembilan lainnya ini memicu reaksi keras dari berbagai pihak, termasuk Riyadh yang menyebut tindakan tersebut sebagai pelanggaran serius terhadap hak asasi manusia dan hukum internasional.
“Baca juga : Houthi Luncurkan Rudal ke Bandara Israel, Ketegangan Timur Tengah Memanas“
Dalam pernyataannya yang dikutip dari Anadolu Agency, Kementerian Luar Negeri Saudi menegaskan bahwa kekejaman semacam ini tidak bisa terus terjadi tanpa konsekuensi. Karena itu, Riyadh mendesak Dewan Keamanan PBB dan komunitas global untuk mengaktifkan mekanisme akuntabilitas internasional demi menegakkan keadilan. Tanpa tekanan internasional yang nyata, maka serangan terhadap tempat ibadah dan warga sipil akan terus terjadi dan mengancam stabilitas kawasan secara keseluruhan.
Serangan terhadap Gereja Keluarga Kudus bukanlah insiden tunggal. Sebelumnya, militer Israel juga telah menyerang gereja-gereja lain seperti Gereja Ortodoks Yunani Santo Porphyrius dan Gereja Baptis Gaza. Dengan demikian, ini menunjukkan pola agresi terhadap tempat-tempat suci yang seharusnya dijaga dari konflik bersenjata. Terlebih lagi, fakta bahwa serangan ini mengakibatkan korban dari kalangan imam gereja serta umat yang mengungsi memperparah pelanggaran yang dilakukan.
“Simak juga : Kapolri Tegaskan Komitmen Usut Dugaan Beras Oplosan“
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan bahwa serangan ke gereja tersebut adalah hasil dari “tembakan nyasar” tank Israel. Akan tetapi, pernyataan ini mendapat kritik tajam karena dianggap sebagai bentuk penghindaran tanggung jawab. Meskipun militer Israel menyatakan tengah meninjau ulang situasi, permintaan maaf saja tentu tidak cukup untuk menghapus luka dan trauma yang ditinggalkan oleh serangan brutal tersebut.
Gereja Keluarga Kudus telah menjadi satu-satunya tempat ibadah Katolik yang tersisa di Gaza. Selama konflik berlangsung, tempat ini digunakan sebagai tempat berlindung bagi warga sipil—baik Kristen maupun Muslim. Oleh sebab itu, kehancurannya bukan hanya menghilangkan tempat suci, tapi juga simbol solidaritas antarumat beragama di tengah penderitaan. Kehadiran gereja ini menjadi bukti nyata bahwa masyarakat Gaza masih menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan kebersamaan.
Melalui pernyataan resmi, Arab Saudi kembali menyatakan komitmennya untuk mendukung rakyat Palestina. Mereka menilai bahwa serangan terhadap tempat ibadah adalah bentuk terburuk dari agresi dan tidak bisa diterima dalam norma apa pun. Sebagai penutup, seruan kepada dunia internasional bukan sekadar bentuk keprihatinan, melainkan panggilan untuk bertindak nyata guna menghentikan pelanggaran yang terus terjadi di wilayah yang terkepung itu.