iNews Complex – Provinsi Sweida di Suriah bagian selatan mengalami bentrokan mematikan antara kelompok Druze dan suku Bedouin sejak Minggu (13/7). Wilayah ini sebelumnya dikenal tenang, namun berubah menjadi pusat konflik sektarian yang menelan banyak korban jiwa. Ketegangan yang awalnya terbatas pada perbedaan komunitas dengan cepat berkembang menjadi perang terbuka yang mengancam kestabilan wilayah tersebut.
Pasukan keamanan Suriah yang dikirim untuk meredakan situasi malah terlibat langsung dalam pertempuran. Alih-alih menjadi pihak netral, mereka disebut turut melakukan kekerasan yang memperburuk keadaan. Data dari Syrian Observatory for Human Rights menyebutkan sebagian besar korban justru berasal dari eksekusi oleh aparat keamanan, termasuk 194 orang yang disebut dibunuh secara langsung.
“Baca Juga : Ukraina Usulkan Putaran Baru Perundingan Damai dengan Rusia“
Jumlah korban tewas telah mencapai angka mengejutkan, yakni 1.120 orang. Dari total tersebut, 427 adalah petempur Druze, 298 warga sipil Druze, dan 354 personel pasukan keamanan Suriah. Sementara itu, 21 anggota suku Bedouin juga dilaporkan tewas, tiga di antaranya diduga dieksekusi oleh pihak Druze. Kekerasan ini menjadi salah satu insiden paling berdarah di Suriah dalam beberapa tahun terakhir.
“Simak Juga : Trump Pangkas Tarif Impor Barang Indonesia, Prabowo: “Saya Tetap Nego!“
Israel turut campur dengan melancarkan serangan udara terhadap pasukan pemerintah Suriah di Sweida. Aksi ini dilakukan sebagai bentuk perlindungan terhadap komunitas Druze yang memiliki hubungan etnis dan spiritual dengan warga Druze di Israel. Serangan udara ini bahkan meluas hingga ke markas militer Suriah di dekat ibu kota Damaskus, menambah panas situasi regional.
Setelah serangkaian kekerasan, pemerintah Suriah mengumumkan bahwa gencatan senjata telah ditegakkan dan kelompok Bedouin telah mundur. Meski sempat pecah kembali pada Sabtu (19/7), Menteri Dalam Negeri Suriah Anas Khattab menyatakan situasi sudah kembali tenang. Pasukan keamanan dalam negeri diklaim berhasil menegakkan ketertiban dan menjaga perjanjian damai yang rapuh tersebut.
Meskipun gencatan senjata telah berlangsung, kekhawatiran akan munculnya konflik susulan masih menghantui. Ketegangan antar komunitas serta keterlibatan berbagai pihak eksternal, termasuk Israel, membuat situasi di Sweida tetap dalam pengawasan internasional. Untuk menjaga stabilitas, diperlukan komitmen nyata dari pemerintah Suriah serta dukungan dari lembaga internasional.