iNews Complex – Terkait Konflik Israel-Palestina, Pemimpin kelompok pemberontak Houthi di Yaman, Abdul Malik al-Huthi, mengkritik mantan Presiden AS, Donald Trump mengenai kemampuannya untuk menyudahi konflik Israel-Palestina, terlebih trump menyatakan dukungannya kepada Israel. Dalam pidato mingguannya al-Huthi mengungkapkan bahwa Trump, yang baru saja terpilih kembali sebagai Presiden AS, akan gagal dalam upayanya untuk mencapai perdamaian di Timur Tengah, khususnya dalam menyelesaikan ketegangan yang telah berlangsung lama antara Israel dan Palestina.
“Baca juga: Negara-negara Ini Menyambut Baik Konflik Iran vs Arab Saudi: Apa Motifnya?”
Al-Huthi merujuk pada kebijakan luar negeri Trump selama masa jabatan pertamanya, yang mencakup upaya untuk mempertemukan negara-negara Arab dengan Israel. Salah satu bagian utama dari kebijakan Trump adalah “Kesepakatan Abad Ini” yang bertujuan untuk mengakhiri konflik Israel-Palestina. Namun, al-Huthi menilai bahwa kesepakatan-kesepakatan tersebut tidak memberikan solusi nyata bagi Palestina, malah lebih menguntungkan Israel.
“Simak juga: Ekonomi Rusia Terjun Bebas Buat Warga Marah pada Kremlin”
Kemenangan pemilu bagi trump terjadi pada saat Timur Tengah sedang berada dalam ketegangan yang tinggi, terutama setelah pecahnya perang di Gaza pada Oktober 2023. Konflik ini dipicu oleh serangan besar-besaran dari kelompok militan Palestina, Hamas, yang mendapat dukungan dari Iran, terhadap Israel.
Al-Huthi menyatakan bahwa meskipun Trump telah memenangkan pemilu dan kembali terpilih, ia tetap tidak akan mampu mengatasi ketegangan yang mendalam antara Israel dan Palestina. Pemimpin Houthi ini berpendapat bahwa Trump, dengan kebijakan luar negerinya yang pro-Israel, justru semakin memperburuk situasi di kawasan tersebut.
Kelompok Houthi menyerang kapal-kapal dagang di Laut Merah dan Teluk Aden sebagai bentuk dukungan terhadap Hamas. Hal ini mencerminkan bagaimana konflik di Gaza telah menarik perhatian dan menyebabkan negara-negara di kawasan Timur Tengah.
Selain itu, pemerintah AS yang dipimpin oleh Joe Biden juga tetap menunjukkan dukungan penuh terhadap Israel dalam perang di Gaza. Washington menjadi pendukung militer utama Israel, meskipun perang ini telah meluas hingga melibatkan kelompok Hizbullah dari Lebanon dan Iran yang mendukung Palestina.
Meski Trump kembali terpilih dan merencanakan kebijakan baru di Timur Tengah, al-Huthi tetap pesimistis tentang hasil yang akan dicapai. Menurutnya, pendekatan yang pro-Israel tidak akan dapat menyelesaikan masalah mendalam yang ada antara Israel dan Palestina. Ketegangan dan konfrontasi yang berlangsung lama membutuhkan solusi yang lebih inklusif dan adil bagi kedua belah pihak.
Konflik Israel-Palestina tetap menjadi isu yang sangat kompleks dan memerlukan usaha diplomatik yang lebih luas dan seimbang. Terus memanasnya ketegangan di kawasan ini membuat banyak yang meragukan apakah kebijakan Trump dapat membawa perubahan yang signifikan dalam jangka panjang.