BRI
iNews Complex – Di tengah ketidakpastian global yang terus bergejolak, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI menyatakan kesiapan mereka. Mereka memastikan strategi mitigasi risiko berjalan maksimal. Dunia perbankan global sedang berada dalam pusaran tekanan ekonomi. Dampak dari konflik geopolitik, fluktuasi mata uang, dan ancaman resesi sangat nyata. Kondisi ini menuntut semua lembaga keuangan memperkuat ketahanan mereka. BRI, sebagai salah satu bank terbesar di Indonesia, menanggapinya dengan serius. Mereka tidak hanya bertahan, tapi juga menjaga performa tetap stabil. Aset harus terlindungi di tengah tekanan yang terus meningkat.
BRI menyampaikan bahwa mereka sudah memperkuat sistem manajemen risiko sejak awal 2024. Mereka melakukan pemetaan ulang atas semua potensi ancaman global. Baik dari sisi pasar modal, fluktuasi rupiah, hingga sektor komersial. Salah satu langkah krusial adalah diversifikasi aset dan penempatan dana di sektor defensif. Mereka juga memperketat proses seleksi kredit. Hanya debitur yang benar-benar layak yang diberikan fasilitas pinjaman. Selain itu, digitalisasi sistem pemantauan risiko juga ditingkatkan. Teknologi AI dan big data dimanfaatkan dalam membaca tren pasar. Langkah ini diyakini mampu menghindarkan bank dari kerugian besar.
“Baca Juga : Xiaomi Soroti Indonesia: Pasar Besar dengan Gen Z Pecinta Gadget”
Di tengah krisis global, BRI tetap menjadikan sektor mikro sebagai prioritas. Mereka melihat segmen ini relatif tahan banting. UMKM terbukti tetap produktif bahkan saat tekanan ekonomi tinggi. BRI terus menggelontorkan pembiayaan ke sektor ini. Hingga kuartal pertama 2025, porsi kredit UMKM mencapai lebih dari 80%. Mereka tak hanya memberi modal, tapi juga pelatihan dan pendampingan. Hal ini bagian dari pendekatan berbasis inklusi keuangan. Dengan memperkuat akar ekonomi masyarakat, stabilitas aset BRI juga ikut terjaga. Selain itu, sektor mikro cenderung lebih cepat pulih pasca krisis.
Nilai tukar rupiah dan ketegangan geopolitik dunia menjadi ancaman nyata. BRI pun membentuk satuan tugas khusus untuk menghadapi dua aspek ini. Mereka mengantisipasi volatilitas pasar dengan mengelola portofolio dalam berbagai mata uang. Cadangan devisa dikuatkan lewat kerja sama dengan bank koresponden global. Mereka juga memperhatikan kebijakan moneter dari negara-negara besar. Termasuk suku bunga acuan The Fed yang bisa berdampak besar. Tim analis BRI juga aktif memberikan rekomendasi berkala. Semua keputusan strategis didasarkan pada data dan simulasi berkala. Tujuannya, meminimalkan eksposur terhadap guncangan luar negeri.
“Simak juga: Strategi Menko AHY untuk Pertumbuhan Ekonomi RI”
Transformasi digital menjadi andalan utama BRI menghadapi krisis. Mereka telah mengembangkan sistem perbankan yang berbasis AI dan pembelajaran mesin. Pemantauan transaksi abnormal bisa dilakukan secara real-time. Ini membantu mencegah fraud dan memperkuat kepercayaan nasabah. Selain itu, BRI juga memperluas layanan digital banking. Super app BRImo mencatat lonjakan pengguna dalam 6 bulan terakhir. Dengan aplikasi ini, nasabah bisa bertransaksi dengan aman kapan pun. Teknologi juga mempercepat proses keputusan kredit. Sistem ini membantu BRI mengambil keputusan berbasis data, bukan sekadar intuisi. Langkah tersebut mengurangi risiko kredit macet secara signifikan.
BRI tidak berjalan sendiri. Mereka membangun kolaborasi dengan berbagai lembaga keuangan internasional. Beberapa bentuknya adalah kerja sama investasi dan penyediaan likuiditas. BRI juga aktif dalam forum global untuk berbagi strategi dan belajar dari pengalaman. Dalam investasi, mereka kini lebih berhati-hati. Dana ditempatkan pada instrumen yang rendah risiko. Mereka menghindari aset volatil seperti kripto dan saham spekulatif. Obligasi pemerintah dan aset likuid jangka pendek lebih diprioritaskan. Diversifikasi portofolio menjadi kunci utama. Hal ini penting untuk melindungi nilai aset dari potensi depresiasi mendadak.
Langkah BRI tidak lepas dari dukungan otoritas. OJK dan BI terus memberikan kebijakan akomodatif. Suku bunga, perizinan digital, dan stimulus fiskal turut menopang langkah BRI. Pemerintah juga menyiapkan jalur dukungan likuiditas darurat jika dibutuhkan. Koordinasi antar bank Himbara pun ditingkatkan. Semua saling bertukar informasi dan strategi. Dengan dukungan sistemik ini, BRI merasa lebih siap menghadapi ketidakpastian. Mereka yakin bisa terus tumbuh walau dunia berada dalam kondisi tidak stabil. Bahkan, target laba tahun ini tidak diturunkan. Keyakinan ini dibangun di atas fondasi yang sudah diperkuat sejak pandemi.