Inewscomplex – China intai latihan militer,Pemerintah Australia memperkirakan China akan melakukan pengintaian terhadap latihan militer besar-besaran yang sedang digelar bersama Amerika Serikat dan sekutu lainnya. Pernyataan tersebut memicu ketegangan baru dalam dinamika geopolitik kawasan, terutama mengingat tudingan sebelumnya tentang keinginan China membangun pangkalan militer di Pasifik Selatan.
Latihan Talisman Sabre 2025 melibatkan lebih dari 30.000 personel militer dari 19 negara, termasuk Amerika Serikat, Jepang, Inggris, dan Indonesia. Kegiatan ini mencakup latihan tempur darat, laut, dan udara yang tersebar di wilayah Australia dan Papua Nugini. Menteri Industri Pertahanan Australia, Pat Conroy, menyebutkan bahwa China telah memantau latihan ini sejak 2017 dan kemungkinan besar akan melakukannya lagi tahun ini.
“Baca juga : Proyek Kereta Cepat Diperpanjang Hingga Surabaya, Menhub Tegaskan Tanpa APBN “
Pat Conroy menegaskan bahwa militer China berpotensi mengumpulkan data intelijen melalui pengamatan jarak jauh. Informasi yang menjadi incaran biasanya meliputi prosedur operasi militer, spektrum elektronik, hingga sistem komunikasi antar pasukan. Pemerintah Australia pun bersiap untuk mengantisipasi kebocoran data strategis selama latihan berlangsung.
Dalam keterangannya, Conroy menyatakan bahwa kawasan Pasifik Selatan merupakan wilayah yang strategis dan kini menjadi medan perebutan pengaruh antara China dan kekuatan Barat. Ia menyoroti adanya upaya Tiongkok untuk menempatkan pangkalan militer di wilayah tersebut, yang dipandang sebagai potensi ancaman terhadap stabilitas regional. Australia pun berkomitmen menjadi mitra keamanan utama yang dipercaya negara-negara Pasifik.
Kekhawatiran Australia makin meningkat sejak terungkapnya pakta keamanan rahasia antara China dan Kepulauan Solomon pada 2022. Meski isi pakta itu tidak diungkap ke publik, banyak pihak menduga hal tersebut merupakan langkah awal menuju kehadiran militer permanen China di Pasifik. Pemerintah Australia, bersama AS, menyatakan kekhawatirannya terhadap konsekuensi jangka panjang dari kerja sama tersebut.
Di tengah meningkatnya kecurigaan, Kedutaan Besar China di Fiji membantah keras tuduhan bahwa negaranya ingin membangun pangkalan militer di Pasifik. Mereka menyebut narasi tersebut sebagai “fiksi politik” yang sengaja disebarkan oleh pihak-pihak bermotif tersembunyi. Beijing menegaskan bahwa mereka hanya ingin menjalin kerja sama damai di kawasan tersebut.
Australia menegaskan visinya terhadap kawasan Pasifik yang seimbang dan terbebas dari dominasi kekuatan mana pun. Menurut Conroy, pendekatan inklusif dan transparan merupakan kunci menjaga stabilitas jangka panjang. Dengan tetap membuka ruang diplomasi, Canberra berharap dapat menghindari eskalasi konflik di masa depan.