iNews Complex – Keputusan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengakui kemerdekaan Somaliland pada akhir Desember 2025 langsung memicu gelombang reaksi keras. Langkah ini menjadikan Israel sebagai negara pertama yang secara resmi mengakui pemisahan Somaliland dari Somalia, wilayah yang mendeklarasikan kemerdekaan sepihak sejak 1991. Di mata banyak pihak, keputusan tersebut bukan sekadar pengakuan diplomatik, melainkan sinyal perubahan geopolitik di kawasan Tanduk Afrika. Somaliland selama ini berupaya mencari legitimasi internasional, sementara Somalia tetap menganggap wilayah itu sebagai bagian sah dari kedaulatan nasionalnya. Pengakuan Israel seketika memanaskan situasi yang sebelumnya rapuh, membuka babak baru ketegangan regional yang melibatkan aktor negara dan non-negara, termasuk kelompok bersenjata yang selama ini beroperasi di Somalia.
Al Shabaab Menyatakan Sikap Terbuka Melawan Israel
Kelompok milisi Al Shabaab dengan cepat merespons pengakuan tersebut. Melalui juru bicaranya, Ali Dheere, Al Shabaab menyatakan penolakan total dan ancaman perlawanan terhadap segala upaya Israel memanfaatkan wilayah Somaliland. Pernyataan ini menandai bertambahnya daftar musuh Israel di kawasan, setelah sebelumnya terlibat konflik tidak langsung dengan Hamas, Hizbullah, Houthi, dan Iran. Bagi Al Shabaab, langkah Israel dipandang sebagai upaya memperluas pengaruh ke wilayah Somalia. Retorika yang disampaikan bernada emosional dan ideologis, menggambarkan kemarahan terhadap apa yang mereka anggap sebagai penghinaan terhadap kedaulatan Somalia. Sikap ini juga memperlihatkan bagaimana isu geopolitik global dapat dengan cepat diserap ke dalam narasi konflik lokal dan ekstremisme.
“Baca Juga : Turkiye Gagalkan Teror Natal, 115 Anggota ISIS Ditangkap di Istanbul”
Somalia Terjebak di Tengah Konflik yang Berkepanjangan
Bagi Somalia, pengakuan Israel atas Somaliland terasa seperti luka lama yang kembali terbuka. Pemerintah Somalia telah memerangi Al Shabaab selama hampir dua dekade, dengan hasil yang beragam. Di satu sisi, keamanan di Mogadishu relatif membaik. Namun di sisi lain, konflik bersenjata masih terus berlangsung di berbagai daerah. Pengakuan ini memperumit posisi Somalia yang tengah berjuang menjaga keutuhan wilayah sekaligus menstabilkan negara. Reaksi keras Al Shabaab juga berpotensi meningkatkan eskalasi kekerasan, baik terhadap pemerintah Somalia maupun kepentingan asing. Di tengah kondisi sosial dan ekonomi yang rapuh, keputusan eksternal semacam ini dapat memperberat beban negara yang belum sepenuhnya pulih dari perang panjang.
Kecaman Regional dan Sikap Uni Afrika
Penolakan terhadap langkah Israel tidak hanya datang dari Somalia. Uni Afrika dengan tegas menyuarakan keberatan, menekankan pentingnya menghormati batas wilayah yang diakui secara internasional. Ketua Uni Afrika Mahamoud Ali Youssouf memperingatkan bahwa pengakuan terhadap Somaliland dapat menciptakan preseden berbahaya bagi stabilitas Afrika. Bagi Uni Afrika, isu ini menyentuh prinsip dasar integritas teritorial yang menjadi fondasi perdamaian di benua tersebut. Kekhawatiran muncul bahwa pengakuan sepihak dapat memicu tuntutan serupa di wilayah lain. Sikap tegas ini mencerminkan kecemasan kolektif negara-negara Afrika terhadap potensi fragmentasi dan konflik baru yang dapat muncul dari satu keputusan diplomatik.
“Simak Juga : Iran Gencar Latihan Rudal di Tengah Bayang-bayang Ancaman Israel dan AS”
Reaksi Negara-Negara Timur Tengah
Selain Afrika, negara-negara Timur Tengah juga menyampaikan penolakan. Turkiye menilai pengakuan Israel sebagai bentuk campur tangan terang-terangan dalam urusan dalam negeri Somalia. Mesir pun menyuarakan dukungan penuh terhadap kedaulatan dan keutuhan wilayah Somalia. Pernyataan Kementerian Luar Negeri Mesir menekankan bahwa penghormatan terhadap kedaulatan negara merupakan pilar utama stabilitas internasional. Reaksi ini menunjukkan bahwa isu Somaliland tidak lagi bersifat lokal, melainkan telah menjadi persoalan lintas kawasan. Dalam konteks geopolitik yang semakin terpolarisasi, langkah Israel dinilai berpotensi memperluas ketegangan diplomatik dengan negara-negara yang selama ini memiliki kepentingan strategis di Afrika Timur.
Lanskap Keamanan Israel yang Kian Kompleks
Dengan pernyataan permusuhan dari Al Shabaab, Israel kini menghadapi spektrum ancaman yang semakin luas. Meski jarak geografis antara Israel dan Somalia cukup jauh, dinamika konflik modern tidak lagi dibatasi oleh wilayah. Ancaman ideologis dan simbolik sering kali sama berbahayanya dengan konflik fisik langsung. Bagi Israel, pengakuan terhadap Somaliland mungkin dipandang sebagai langkah strategis, namun konsekuensinya memperlihatkan betapa rumitnya lanskap keamanan global saat ini. Setiap keputusan diplomatik membawa dampak berlapis, memicu reaksi berantai dari aktor negara hingga kelompok militan, yang semuanya berpotensi memengaruhi stabilitas kawasan dalam jangka panjang.