
iNews Complex – Pemerintah daerah (pemda) di Prefektur Akita, Jepang, meminta bantuan Pasukan Bela Diri Jepang (SDF) setelah meningkatnya serangan Beruang yang menewaskan warga.
Gubernur Akita Kenta Suzuki, pada Selasa (28/10/2025), secara resmi meminta dukungan militer untuk menangani situasi darurat tersebut.
Sepanjang tahun 2025, sedikitnya 10 orang tewas akibat serangan beruang di wilayah itu. Angka ini menjadi yang tertinggi dalam sejarah Akita.
Suzuki menyebut keadaan di Akita “sangat genting” dan memperingatkan bahwa keselamatan warga tidak bisa dijamin tanpa bantuan SDF.
“Serangan yang menargetkan leher dan wajah sangat sering terjadi. Ini adalah situasi yang benar-benar mengerikan,” ujar Suzuki kepada Menteri Pertahanan Jepang Shinjiro Koizumi, dikutip dari AFP.
Menurutnya, beruang kini tidak hanya muncul di pegunungan, tetapi juga mulai terlihat di permukiman dan kawasan kota, menimbulkan ketakutan di kalangan warga.
Suzuki menjelaskan, aktivitas warga terganggu secara tidak normal karena beruang sering muncul di area pemukiman.
Banyak penduduk tak berani keluar rumah pada malam hari atau berjalan sendirian di pagi hari.
Beruang hitam Asia yang biasanya hidup di pegunungan kini turun ke wilayah penduduk untuk mencari makanan.
Kondisi ini membuat warga desa yang berbatasan dengan hutan menjadi kelompok paling rentan.
Menanggapi hal itu, Menteri Pertahanan Shinjiro Koizumi menyatakan pemerintah akan memaksimalkan seluruh kewenangan dan sumber daya militer untuk menjaga keamanan.
“Kami akan menggunakan seluruh kemampuan untuk memastikan keselamatan warga,” kata Koizumi.
“Baca Juga : Israel Tak Butuh Izin Siapa Pun untuk Serang Gaza”
Menurut data Kementerian Lingkungan Jepang, hingga Oktober 2025 sudah tercatat 10 korban jiwa akibat serangan beruang.
Jumlah ini meningkat dibanding tahun sebelumnya yang mencatat enam korban tewas.
Kasus terbaru terjadi di desa pegunungan Prefektur Akita, saat seorang pria diserang hingga meninggal dunia.
Beberapa hari kemudian, seorang perempuan ditemukan tewas di sawah, sementara di Prefektur Iwate, seorang pria dan anjingnya juga ditemukan meninggal dengan tanda-tanda serangan beruang.
Pejabat lokal mengatakan, serangan kali ini lebih brutal dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, dengan banyak korban mengalami luka serius di kepala dan wajah.
“Simak Juga : Rusia Klaim Sukses Uji Rudal Jelajah Bertenaga Nuklir Burevestnik”
Para ahli menilai peningkatan serangan ini berkaitan dengan perubahan iklim global.
Musim panas yang panjang menyebabkan penurunan produksi biji ek dan kacang liar, sumber makanan utama beruang.
Akibat kekurangan makanan di hutan, beruang terpaksa keluar dari habitat alaminya untuk mencari makan di pemukiman.
Selain itu, hilangnya hutan akibat pembangunan mempersempit wilayah jelajah mereka dan meningkatkan kontak dengan manusia.
Menteri Lingkungan Jepang Hirotaka Ishihara menyebut masalah ini sudah sangat serius.
“Kami berkomitmen memperkuat langkah penanganan, termasuk pelatihan pemburu pemerintah dan pengelolaan populasi beruang,” ujarnya.
Untuk menghadapi situasi darurat, pemerintah mulai meningkatkan patroli hutan dan memasang perangkap serta kamera pengawas di wilayah rawan serangan.
Selain itu, tim SDF akan diterjunkan untuk membantu proses evakuasi dan pengamanan di desa-desa terpencil.
Pemerintah lokal juga menjalankan program edukasi kepada masyarakat, termasuk cara menghindari konfrontasi langsung dengan beruang dan pelatihan menghadapi keadaan darurat.
Kelompok konservasi satwa liar meminta pemerintah mengutamakan pendekatan ekologi, seperti menanam kembali pohon pakan alami untuk mengurangi konflik antara manusia dan satwa.