iNews Complex – Gelombang aksi unjuk rasa di Maroko yang dipimpin oleh kelompok pemuda Gen Z terus berlanjut hingga hari kedelapan berturut-turut, Sabtu (4/10/2025).
Ribuan pemuda turun ke jalan di berbagai kota untuk menuntut perbaikan layanan kesehatan dan pendidikan publik, serta pemberantasan korupsi.
Aksi ini menjadi fenomena sosial baru yang menarik perhatian dunia. Pasalnya, selama ini generasi muda Maroko dianggap apatis terhadap urusan politik dan pemerintahan. Kini, lewat gerakan bernama GenZ 212, pandangan itu mulai terpatahkan.
Akar dari gelombang protes ini bermula pada pertengahan September 2025, setelah muncul laporan tentang delapan ibu hamil yang meninggal dunia di rumah sakit umum Agadir.
Mereka disebut menjalani operasi caesar sebelum akhirnya meninggal. Peristiwa tragis itu dianggap sebagai simbol gagalnya sistem layanan kesehatan publik di Maroko.
Kemarahan publik pun meledak di tengah ketimpangan sosial dan ekonomi yang terus memburuk. Kaum muda menilai pemerintah terlalu lambat melakukan reformasi yang menyentuh kehidupan masyarakat kelas bawah.
Melalui Discord, GenZ 212 mulai mengorganisasi aksi besar-besaran dan menyerukan perubahan nyata.
“Baca Juga : Topan Matmo Terjang China Selatan, Penerbangan Dibatalkan dan Bisnis Ditutup”
Gerakan GenZ 212 muncul dari ruang digital dan dengan cepat menjelma menjadi fenomena nasional.
Kelompok ini memiliki lebih dari 180.000 anggota aktif di platform Discord dan menjadi motor penggerak aksi di 14 kota besar, termasuk Rabat, Casablanca, dan Agadir.
Mereka menuntut reformasi mendasar dalam sektor publik, terutama pendidikan dan kesehatan. Selain itu, mereka juga mendesak pengunduran diri Perdana Menteri Aziz Akhannouch, yang masa jabatannya akan berakhir tahun depan.
Seruan aksi serentak disebarkan melalui media sosial dan grup daring dengan jadwal unjuk rasa antara pukul 18.00 hingga 21.00 waktu setempat.
Di berbagai kota, para demonstran meneriakkan slogan seperti “Rakyat menginginkan penghapusan korupsi” dan “Kebebasan, martabat, dan keadilan sosial.”
Di Casablanca, massa menuntut akses pendidikan dan layanan kesehatan yang lebih baik. Sementara di Ibu Kota Rabat, sekelompok pemuda berkumpul di depan gedung parlemen untuk menyampaikan tuntutan mereka.
Menurut laporan media lokal, aksi-aksi tersebut berlangsung damai dan tertib, dengan pengawasan ketat aparat keamanan.
Namun, di Desa Lqliaa dekat Agadir, bentrokan sempat terjadi dua hari sebelumnya, menewaskan tiga orang yang diduga berusaha menyerbu stasiun. Polisi menembak dalam apa yang disebut sebagai “pembelaan diri yang sah.”
“Simak Juga : Ledakan Hebat Guncang Kilang Minyak Chevron di California, Bola Api Membumbung Tinggi”
Meski terjadi ketegangan, pihak berwenang menegaskan bahwa situasi masih terkendali.
Kepolisian setempat juga mengimbau masyarakat agar tidak terprovokasi oleh ajakan kekerasan di media sosial.
Sementara itu, GenZ 212 menegaskan gerakan mereka bersifat damai dan tidak terkait dengan kepentingan politik manapun.
Mereka menyatakan tujuan utama adalah membangun kesadaran publik dan menuntut reformasi yang nyata bagi generasi masa depan.
Aksi-aksi di hari kedelapan ini dilaporkan berjalan lebih tertib dibanding hari-hari sebelumnya. Para demonstran duduk bersama di jalan, membawa poster bertuliskan “Kami hanya ingin masa depan yang layak.”
Meski belum ada respons langsung dari Perdana Menteri Aziz Akhannouch, tekanan publik semakin meningkat.
Para pengamat menilai, gelombang protes ini bisa menjadi gerakan sosial terbesar di Maroko dalam satu dekade terakhir, yang dipicu oleh generasi muda digital.
Bagi banyak warga, aksi ini bukan sekadar protes — melainkan seruan untuk martabat dan keadilan sosial.
Generasi muda Maroko kini menunjukkan bahwa mereka bukan sekadar pengguna media sosial, tetapi kekuatan nyata yang mampu mengguncang politik negaranya.