iNews Complex – Warga Fort Collins, Colorado, Amerika Serikat, baru-baru ini dikejutkan dengan penampakan kelinci ekor kapas yang memiliki pertumbuhan aneh menyerupai tanduk di wajah mereka. Pemandangan tidak biasa itu memunculkan berbagai julukan seram, mulai dari “kelinci Frankenstein”, “kelincii iblis”, hingga “kelincii zombi”. Meski terlihat menakutkan, para ilmuwan menegaskan bahwa hewan ini bukan makhluk mistis, melainkan terinfeksi virus yang dikenal sebagai Shope papilloma.
Menurut Kara Van Hoose, juru bicara Colorado Parks and Wildlife, pertumbuhan menyerupai tanduk itu adalah akibat dari infeksi virus Shope papilloma. Virus ini menyebabkan kutil yang menonjol di wajah kelinci, dan dalam beberapa kasus bentuknya terlihat seperti tanduk.
Virus tersebut menyebar antar-kelinci, terutama pada musim panas saat kutu dan caplak sebagai vektor lebih aktif. Meski demikian, Van Hoose menegaskan bahwa virus ini tidak menular ke manusia atau hewan peliharaan.
“Baca Juga : 19 Macan Tutul Jawa dan Macan Kumbang Terekam Kamera Jebak di Hutan Sanggabuana”
Sebenarnya, pertumbuhan itu hanyalah kutil. Namun jika ukurannya membesar dan tumbuh di area vital seperti mata atau mulut, hal ini bisa mengganggu penglihatan dan kemampuan makan sikelinci. Untungnya, kelinci memiliki sistem imun yang cukup kuat. Dalam banyak kasus, tubuh mereka dapat melawan infeksi sehingga pertumbuhan kutil akhirnya hilang dengan sendirinya.
Fenomena kelinci bertanduk bukanlah hal baru. Virus ini pertama kali ditemukan pada 1930-an oleh Dr. Richard E. Shope dari Universitas Rockefeller. Penelitiannya bahkan menjadi salah satu dasar penting dalam studi hubungan antara infeksi virus dan kanker.
Selain itu, keberadaannya dengan “tanduk” dipercaya menginspirasi legenda “jackalope”, makhluk mitos dalam cerita rakyat Amerika Utara yang digambarkan sebagai kelinci bertanduk seperti rusa.
Meski terlihat menyeramkan dan sempat membuat heboh warga Fort Collins, fenomena ini adalah bagian dari proses alam yang bisa dijelaskan secara ilmiah. Colorado Parks and Wildlife juga sudah menerima banyak laporan terkait keberadaan kelinci bertanduk ini, yang semakin menguatkan bahwa kasus tersebut bukan kejadian langka.
Fenomena ini menjadi pengingat bagaimana sains dan mitos kerap bertemu di titik yang sama. Dari sisi ilmiah, ini hanyalah korban virus. Namun dari sisi budaya, penampakan mereka justru memperkaya cerita rakyat yang hidup di masyarakat.