iNews Complex – AS kembali memamerkan taring militernya di laut. Dalam latihan militer multinasional UNITAS 2025, Angkatan Laut AS melakukan simulasi tempur nyata dengan menenggelamkan kapal perang. Aksi ini bukan sekadar unjuk kekuatan, tapi juga pesan strategis terhadap kekhawatiran global, khususnya soal ekspansi cepat armada laut China. Latihan yang berlangsung sejak pertengahan September ini bukan latihan biasa. Ini adalah latihan tembak sungguhan, dikenal sebagai SINKEX (sinking exercise), yang sengaja dirancang untuk menguji efektivitas senjata jarak jauh secara nyata bukan sekadar di ruang simulasi.
SINKEX bukan latihan baru, tapi tetap menjadi sorotan dunia setiap kali digelar. Alasannya sederhana: ini satu dari sedikit latihan militer yang benar-benar melibatkan penenggelaman kapal. Dengan menenggelamkan kapal sungguhan, Angkatan Laut AS bisa mengevaluasi kekuatan senjata mereka secara realistis. Dalam konteks politik global, ini jadi pernyataan keras di tengah ketegangan Laut China Selatan dan meningkatnya kekuatan maritim Tiongkok. Dari sudut pandang saya, ini semacam cara AS berkata: “Kami siap menghadapi apa pun, di mana pun.” Dan pesan ini tentu sampai ke siapa pun yang memperhatikan dinamika militer global saat ini.
“Baca Juga : Mikrofon Bocor di KTT Gaza: Prabowo Terungkap Minta Bertemu Eric Trump”
Kekhawatiran Washington bukan tanpa alasan. Saat ini, China memiliki lebih dari 370 kapal perang aktif, menjadikannya negara dengan armada laut terbesar di dunia mengalahkan bahkan AS. Dalam persaingan ini, ukuran memang bukan segalanya, tapi angka itu cukup untuk menimbulkan tekanan psikologis dan geopolitik. AS, meski unggul dalam teknologi dan pengalaman tempur, tetap harus merespons peningkatan cepat ini. Dari sisi geopolitik, ini ibarat lomba senjata gaya baru di laut terbuka, dan latihan SINKEX menjadi bagian dari respons strategis Washington.
Untuk menjawab tantangan di medan laut modern, AS mengembangkan sistem senjata baru seperti QUICKSINK dan LRASM (Long Range Anti-Ship Missile). QUICKSINK, misalnya, mampu menenggelamkan kapal besar hanya dengan satu serangan presisi. Senjata ini membawa cara baru dalam melumpuhkan target laut, mirip “rudal cerdas” versi laut. Bagi saya, ini menunjukkan bagaimana AS berupaya menjaga supremasi maritimnya bukan hanya lewat jumlah kapal, tetapi lewat teknologi. Dan teknologi semacam ini membuat perbedaan besar dalam skenario pertempuran sebenarnya.
“Simak Juga : Bentrok Mematikan di Perbatasan: Pakistan vs Taliban 2025”
Meski belum dikonfirmasi secara resmi, banyak pengamat percaya kapal yang ditenggelamkan adalah eks USS Simpson. Kapal ini merupakan fregat tua yang disimpan di Philadelphia dan terlihat ditarik keluar pada 25 September 2025. Penampakan foto dan pelacakan kapal menunjukkan bahwa latihan kemungkinan besar dilakukan sekitar 200 mil dari pesisir Carolina Utara. Saya pribadi menganggap penggunaan kapal tua seperti ini sangat masuk akal selain efisien, juga memberikan pengalaman realistis kepada para prajurit. Sebuah latihan yang berdampak langsung, bukan hanya di atas kertas.
UNITAS 2025 bukan hanya latihan Amerika. Lebih dari 8.000 personel dari 25 negara ikut terlibat dalam latihan ini. Tujuannya jelas: memperkuat kerja sama militer dan membangun interoperabilitas di tengah ancaman bersama. Komandan Armada Selatan AS, Laksamana Muda Carlos Sardiello, menegaskan pentingnya kebebasan navigasi dan solidaritas maritim global. Saya sepakat dengan pandangan ini. Dunia sedang memasuki fase baru geopolitik, dan kolaborasi militer lintas negara akan menjadi penentu stabilitas kawasan. UNITAS adalah simbol bahwa solidaritas masih jadi kekuatan utama.