iNews Complex – Militer Amerika Serikat kembali mengirimkan senjata nuklir ke Inggris, sesuatu yang belum terjadi dalam hampir dua dekade terakhir. Penerbangan misterius dari Pangkalan Udara Kirtland menuju Pangkalan Udara Lakenheath menjadi petunjuk kuat atas dugaan tersebut. Langkah ini memicu spekulasi geopolitik dan kekhawatiran soal perlombaan senjata.
Pangkalan Udara Kirtland di New Mexico merupakan markas utama penyimpanan senjata nuklir milik USAF. Ketika pesawat angkut militer C-17 lepas landas dari sana menuju Inggris, para analis open-source segera menandainya sebagai sinyal penting. Tidak lama setelah itu, pesawat tersebut mendarat di Lakenheath, pangkalan yang dulu juga menjadi lokasi penyimpanan bom nuklir AS hingga tahun 2008.
“Baca Juga : Trump Prihatin atas Pembunuhan Warga Gaza Saat Mencari Bantuan“
Lakenheath dikenal publik sebagai bagian dari sistem pertahanan strategis Amerika di Eropa. Setelah bertahun-tahun tak lagi menyimpan bom nuklir, kemunculan C-17 memunculkan dugaan bahwa pangkalan ini kembali memainkan peran penting. Para pengamat memperkirakan bahwa kehadiran senjata tersebut dapat memperkuat posisi strategis NATO dalam menanggapi ketegangan global yang meningkat.
Baik pejabat pertahanan AS maupun juru bicara Kementerian Pertahanan Inggris memilih untuk tidak mengonfirmasi keberadaan senjata nuklir. Kebijakan tidak menyebutkan status lokasi senjata strategis tetap dipertahankan. Namun, diamnya pemerintah justru menambah panas spekulasi bahwa perpindahan senjata benar-benar terjadi.
“Simak Juga : Bank & Pengusaha Was-was Produk China Banjiri RI Usai Tarif AS Berlaku“
Satu fakta mencolok lainnya adalah pengumuman pembelian 12 unit jet tempur F-35A oleh Inggris. Jet ini telah disertifikasi untuk membawa senjata nuklir, tidak seperti versi F-35B yang sebelumnya digunakan Inggris. Nantinya, jet tersebut akan ditempatkan di Pangkalan Marham, tak jauh dari Lakenheath. Langkah ini dinilai sebagai bagian dari modernisasi armada dan persiapan terhadap ancaman strategis.
Mantan kepala non-proliferasi nuklir NATO, William Alberque, menyatakan bahwa pengiriman senjata ini kemungkinan besar adalah awal dari kembalinya peran nuklir Inggris yang sempat dihentikan sejak akhir Perang Dingin. Dengan dibukanya lagi jalur strategis ini, hubungan militer AS-Inggris semakin dipertegas melalui kerja sama senjata nuklir.
Kebangkitan peran nuklir di Eropa jelas memicu berbagai reaksi internasional. Asia Tenggara bahkan menegaskan kembali sikap menolak kehadiran senjata nuklir di wilayahnya. Sementara itu, para analis menilai bahwa penempatan senjata ini merupakan respons terhadap meningkatnya ketegangan global, termasuk manuver militer Rusia dan ketidakpastian politik di Timur Tengah.
Bagi sebagian pihak, langkah AS ini dianggap sebagai sinyal kekuatan dan kesiapsiagaan NATO. Namun, di mata yang lain, hal tersebut bisa dilihat sebagai provokasi terhadap pihak-pihak yang selama ini menentang peningkatan senjata nuklir di Eropa. Apakah ini bentuk perlindungan atau justru pemicu ketegangan lebih besar?