iNews Complex – Korea Utara kembali menarik perhatian dunia setelah merilis foto-foto yang diklaim sebagai kapal selam bertenaga nuklir pertama miliknya. Gambar tersebut dipublikasikan oleh media pemerintah KCNA dan menampilkan Kim Jong Un tengah meninjau proyek itu di fasilitas konstruksi tertutup. Kehadiran langsung sang pemimpin memberi bobot simbolik yang kuat, seolah menegaskan bahwa proyek ini adalah prioritas nasional. Meski kapal selam tersebut belum diluncurkan ke laut, publikasi foto-foto ini sudah cukup untuk mengirim pesan strategis ke luar negeri. Bagi Pyongyang, visual sering kali menjadi alat diplomasi dan tekanan politik. Dengan menampilkan kemajuan teknologi militernya, Korea Utara ingin menunjukkan bahwa mereka tidak tinggal diam di tengah dinamika keamanan regional yang terus berubah dan semakin kompleks.
Ambisi Lama yang Kini Mendekati Kenyataan
Pembangunan kapal selam bertenaga nuklir bukanlah gagasan baru bagi Kim Jong Un. Ambisi ini pertama kali diumumkan secara terbuka pada kongres Partai Pekerja Korea tahun 2021 sebagai bagian dari rencana lima tahun penguatan militer. Namun, rilis foto terbaru menunjukkan bahwa proyek tersebut telah mencapai tahap signifikan. Menurut KCNA, kapal selam ini memiliki bobot benaman sekitar 8.700 ton, sebanding dengan kapal selam serang kelas Virginia milik Amerika Serikat. Angka ini memberi gambaran bahwa Korea Utara tidak sekadar bereksperimen, melainkan membidik kapabilitas kelas dunia. Bagi Kim, keberhasilan proyek ini akan menjadi simbol pencapaian teknologi dan kekuatan nasional, sekaligus memperkuat narasi bahwa negaranya mampu berdiri sejajar dengan kekuatan militer besar lainnya.
“Baca Juga : Turkiye Gagalkan Teror Natal, 115 Anggota ISIS Ditangkap di Istanbul”
Respons terhadap Dinamika Keamanan Kawasan
Urgensi proyek kapal selam nuklir Korea Utara meningkat seiring perkembangan di kawasan. Restu Amerika Serikat kepada Korea Selatan untuk mengembangkan kapal selam bertenaga nuklir menjadi pemicu utama. Kim Jong Un secara terbuka menilai langkah tersebut sebagai ancaman langsung terhadap keamanan negaranya. Dalam pernyataannya, Kim menegaskan bahwa kebijakan pertahanan Korea Utara bertumpu pada kekuatan ofensif paling kuat sebagai perisai keamanan nasional. Narasi ini memperlihatkan pola pikir defensif yang dibungkus dengan pendekatan ofensif. Bagi Pyongyang, setiap peningkatan kapasitas militer tetangga dianggap sebagai pembenaran untuk mempercepat program persenjataannya sendiri, menciptakan siklus ketegangan yang sulit dihentikan.
Keunggulan Strategis Kapal Selam Nuklir
Kapal selam bertenaga nuklir memiliki keunggulan strategis yang signifikan dibandingkan kapal selam konvensional. Dengan reaktor nuklir, kapal selam dapat beroperasi di bawah laut dalam waktu sangat lama tanpa perlu muncul ke permukaan. Hal ini membuatnya jauh lebih sulit dideteksi oleh sistem pertahanan lawan. Selain itu, kecepatan dan tingkat kebisingan yang lebih rendah meningkatkan efektivitas operasi siluman. Secara global, hanya segelintir negara yang menguasai teknologi ini, termasuk Amerika Serikat, Rusia, dan China. Jika Korea Utara benar-benar berhasil mengoperasikan kapal selam nuklir, peta kekuatan maritim regional akan berubah. Keberadaan platform ini berpotensi memperluas jangkauan serangan dan meningkatkan daya tawar strategis Pyongyang di panggung internasional.
“Simak Juga : Iran Gencar Latihan Rudal di Tengah Bayang-bayang Ancaman Israel dan AS”
Kekhawatiran akan Ketidakstabilan Regional
Sejumlah pengamat menilai langkah Korea Utara justru memperburuk ketegangan di Semenanjung Korea. Profesor Leif-Eric Easley dari Universitas Ewha Womans di Seoul menyebut Pyongyang sebagai pemicu utama perlombaan senjata di kawasan. Menurutnya, meski Kim benar bahwa kapal selam nuklir meningkatkan ketidakstabilan, Korea Utara sendiri yang mendorong situasi tersebut dengan menolak diplomasi dan terus mengancam negara tetangga. Kritik ini juga menyoroti dampak domestik dari kebijakan militeristik, di mana sumber daya besar dialokasikan untuk persenjataan di tengah kesulitan ekonomi rakyat. Perspektif ini memperlihatkan sisi lain dari ambisi militer Kim, yang tidak hanya berdampak eksternal tetapi juga internal.
Bagian dari Modernisasi Militer yang Lebih Luas
Kapal selam nuklir hanyalah satu elemen dari agenda modernisasi militer Korea Utara. Dalam rencana lima tahun yang diumumkan pada 2021, Kim Jong Un juga mencanangkan pengembangan rudal balistik antarbenua dan wahana luncur hipersonik. Di sektor maritim, Korea Utara membangun kapal perusak rudal berpemandu baru sebagai tulang punggung armada lautnya. Meski sempat mengalami insiden saat peluncuran, kapal tersebut berhasil diperbaiki dan kembali diapungkan. Kim menyebut proyek-proyek ini sebagai lompatan besar kemampuan tempur nasional. Rangkaian pengembangan ini menunjukkan arah yang jelas: Korea Utara ingin memastikan kekuatan militernya relevan dan disegani, meski harus menghadapi kritik dan tekanan internasional.