iNews Complex – Ketegangan di Laut China Selatan kembali memanas setelah militer China dilaporkan melakukan Manuver berbahaya terhadap kapal perang Angkatan Laut Kerajaan Inggris. Peristiwa ini terjadi ketika fregat HMS Richmond dan armada Inggris lainnya melintas di wilayah sengketa tersebut.
Menurut laporan The Independent (30/9/2025), jet tempur China mendekati fregat Inggris dengan pola terbang yang menyerupai persiapan serangan. Gerakan itu termasuk naik ke ketinggian tertentu lalu berbalik dengan sudut tajam 50 derajat, seolah siap meluncurkan rudal.
Seorang perwira di kapal induk HMS Prince of Wales mengaku manuver tersebut membuat suasana terasa seperti medan perang. “Mereka seolah-olah mau membunuh kami,” ungkapnya. Meski begitu, ia menegaskan bahwa pihaknya yakin China tidak benar-benar berniat menembakkan rudal, melainkan hanya ingin menunjukkan kekuatan dan memberikan peringatan keras.
“Baca Juga : Keracunan Massal MBG di China: 247 Siswa TK Jadi Korban Timbal”
Tidak hanya melalui udara, kapal-kapal perang China juga melakukan penguntitan terhadap armada Inggris saat melintas di Kepulauan Spratly, kawasan yang diklaim oleh beberapa negara Asia Tenggara termasuk China, Filipina, Malaysia, dan Brunei.
Rohan Lewis, perwira jaga di HMS Prince of Wales, mengatakan kapalnya sempat dikepung oleh empat hingga lima kapal China yang berusaha menguji sejauh mana Inggris merespons provokasi tersebut. “Mereka mencoba mengganggu kami, mendekat, dan seperti mengukur seberapa jauh bisa mendorong kami,” ujarnya.
Armada Inggris yang tergabung dalam Carrier Strike Group tengah menjalankan operasi Highmast. Misi ini melibatkan hampir 4.500 personel militer Inggris dan internasional. Pelayaran armada tersebut sebelumnya melewati Laut Merah, Laut Tengah, hingga berkunjung ke Oman, Singapura, Jepang, dan Australia.
Melintasi Laut China Selatan menjadi bagian penting dari operasi, karena Inggris ingin menegaskan komitmennya terhadap prinsip kebebasan navigasi di perairan internasional. Kehadiran mereka juga dianggap sebagai penolakan terhadap klaim sepihak Beijing yang semakin agresif di kawasan tersebut.
“Simak Juga : Gen Z Peru Kibarkan Bendera One Piece dalam Aksi Protes Kebijakan Pensiun”
Laut China Selatan memang menjadi salah satu titik panas geopolitik dunia. Wilayah ini tidak hanya strategis bagi jalur perdagangan global, tetapi juga kaya akan sumber daya alam. Klaim sepihak Beijing yang hampir mencakup seluruh kawasan memicu konflik diplomatik berkepanjangan dengan negara-negara tetangga, sekaligus meningkatkan risiko gesekan militer dengan negara Barat.
Insiden yang melibatkan Inggris ini kembali menegaskan betapa rapuhnya stabilitas di kawasan tersebut. Meski belum ada bentrokan langsung, manuver provokatif China bisa menjadi pemicu eskalasi yang lebih serius di masa depan.