iNews Complex – Ratusan pekerja asal Korea Selatan (Korsel) memilih angkat kaki dari Amerika Serikat (AS) setelah penggerebekan besar-besaran di pabrik baterai Hyundai-LG, Ellabell, Georgia, pada awal September 2025. Operasi yang dilakukan aparat Immigration and Customs Enforcement (ICE) pada 4 September itu berakhir dengan penahanan 475 pekerja, di mana 317 orang di antaranya merupakan warga Korsel.
Salah satu pekerja yang ikut ditahan menuliskan pengalaman pahitnya di selembar kertas kecil yang kemudian diterima kantor berita Yonhap. Catatan itu menggambarkan kondisi yang disebut tidak manusiawi selama berada di fasilitas penahanan ICE.
Penggerebekan disebut terjadi sekitar pukul 10.00 waktu setempat. Para pekerja yang saat itu mengenakan helm dan sepatu keselamatan digiring keluar pabrik. Tangan mereka diikat dengan kabel ties, sementara kartu identitas dan paspor dilarang untuk dibawa.
Lebih jauh, pekerja itu menceritakan bahwa mereka dipaksa mengisi formulir perintah penangkapan asing tanpa penjelasan memadai mengenai hak hukum. Banyak pekerja yang kesulitan karena tidak fasih berbahasa Inggris.
“Baca Juga : Hujan Deras dan Angin Kencang di Pancoran, Dua Rumah Ambruk dan Satu Warga Luka”
Dalam catatan tersebut juga digambarkan bagaimana aparat memperlakukan mereka. Setelah mengisi dokumen, barang pribadi disita, beberapa pekerja bahkan dipasangi rantai di pinggang, pergelangan tangan, dan kaki.
Mereka ditahan berjam-jam dengan kondisi tangan tetap terikat sebelum akhirnya dipindahkan menggunakan mobil polisi. Di fasilitas penahanan, para pekerja dijejalkan ke dalam sel sempit berisi 72 orang. Suhu ruangan sangat dingin hingga mereka terpaksa membungkus tubuh dengan handuk. Matras berjamur dan toilet tanpa penutup menambah penderitaan mereka.
“Simak Juga : Demo Ribuan Mahasiswa di Timor Leste Ricuh, Tolak Mobil Baru untuk Parlemen”
Kasus ini menimbulkan gelombang kepulangan pekerja Korsel dari AS. Banyak yang menilai peristiwa tersebut bukan hanya soal pelanggaran imigrasi, melainkan juga menyentuh aspek kemanusiaan.
Pemerintah Korsel melalui perwakilannya di AS diminta memberikan perlindungan lebih serius bagi warganya yang bekerja di luar negeri, khususnya di sektor industri besar seperti otomotif dan baterai.
Sementara itu, pemerintahan AS masih menghadapi kritik tajam atas cara penanganan operasi penggerebekan yang dinilai berlebihan dan tidak memperhatikan hak asasi pekerja migran.