iNews Complex – Skandal korupsi yang mengguncang NATO melalui badan pengadaannya, NSPA, membuka babak baru dalam dinamika pertahanan Eropa. Di saat dunia masih berkutat dengan konflik dan ketegangan geopolitik, kabar bahwa sejumlah pegawai serta mantan staf NSPA diselidiki atas dugaan suap membuat banyak negara anggota waspada. Situasi semakin rumit ketika Elbit Systems, produsen pertahanan besar asal Israel, ditangguhkan dari seluruh tender baru meski tidak menjadi tersangka langsung. Keputusan ini memunculkan kecemasan baru bahwa proses pengadaan amunisi dan sistem pertahanan vital bisa terhambat. Bagi negara-negara NATO yang mengandalkan suplai stabil, isu ini bukan sekadar persoalan administrasi, tetapi menyentuh inti kesiapan militer mereka.
Pasokan Amunisi dan Sistem Pertahanan Terancam Terganggu
Media investigasi Follow the Money mengungkapkan bahwa penangguhan Elbit Systems berpotensi memicu kekacauan rantai pasok di tubuh NATO. Beberapa kontrak strategis mulai dari amunisi howitzer di atas truk, sistem artileri roket bergerak, hingga perlindungan pesawat dan helikopter terancam melambat. Situasi ini muncul di tengah meningkatnya kebutuhan aliansi terhadap amunisi dan perangkat pertahanan modern untuk mendukung operasi di berbagai kawasan. La Lettre menambahkan bahwa Elbit memainkan peran besar dalam proyek-proyek Eropa, termasuk pengadaan sistem tanker Airbus MRTT untuk delapan negara NATO. Ketergantungan terhadap kontraktor global ini membuat setiap gangguan administratif memiliki dampak berantai pada kesiapan tempur di lapangan.
“Baca Juga : The Fed Pangkas Suku Bunga: Sinyal Baru, Ruang Gerak Semakin Sempit”
Jejak Kontrak Elbit di NATO dan Skala Ketergantungannya
Selama satu dekade terakhir, Elbit diperkirakan menjual amunisi senilai sedikitnya 50 juta euro kepada sekutu NATO. Jumlah tersebut belum mencakup berbagai layanan dan kontrak lain yang angkanya tidak dipublikasikan. Jejak mereka tersebar luas dalam banyak program militer Eropa, mulai dari sistem komunikasi hingga teknologi perlindungan udara. Ketika perusahaan sebesar ini tiba-tiba diblokir dari tender baru, muncul pertanyaan mengenai kesiapan NATO mencari alternatif yang sepadan. Transisi pemasok dalam industri pertahanan bukan perkara cepat, apalagi untuk sistem kritis yang mensyaratkan uji kompatibilitas menyeluruh. Situasi ini menciptakan bayang-bayang ketidakpastian yang bisa mempengaruhi dinamika pertahanan jangka panjang.
Dugaan Suap yang Memicu Investigasi Lintas Negara
Skandal ini bermula dari surat internal bertanggal 31 Juli yang ditulis seorang manajer NSPA, menyebut adanya “tuduhan serius” terkait potensi penyimpangan dalam pemberian kontrak. Nama Elbit terseret karena hubungannya dengan konsultan bernama Eliau Eluasvili, yang kini menjadi buronan setelah hakim Belgia mengeluarkan surat penangkapan Eropa terhadapnya. Ia diduga menyuap pegawai NSPA untuk memenangkan kontrak bernilai besar. Lebih jauh, penyidik di Belgia dan Luksemburg mencurigai adanya jaringan mantan pegawai yang memanfaatkan akses internal demi keuntungan pribadi. Dalam industri yang menuntut integritas tinggi karena menyangkut keamanan global, dugaan seperti ini terasa mencederai kepercayaan publik dan kredibilitas NATO sendiri.
Respons NATO yang Serba Terbatas di Tengah Sorotan Publik
Ketika isu merebak, NATO memilih memberikan respons terbatas. Seorang pejabat mengatakan bahwa aliansi tidak dapat mengomentari kebocoran ataupun penyelidikan aktif. Sikap ini bisa dipahami karena proses hukum masih berjalan, namun tetap menimbulkan kebingungan di publik dan negara anggota yang ingin melihat transparansi lebih besar. Di saat bersamaan, keputusan untuk menangguhkan Elbit tanpa menyatakan mereka tersangka menimbulkan interpretasi beragam. Bagi sebagian pihak, langkah ini dianggap sebagai tindakan preventif. Namun bagi lainnya, kebijakan ini justru membuka peluang kekosongan pasokan pertahanan yang dapat melemahkan kesiapan militer kawasan.
Kekhawatiran Negara Anggota terhadap Efisiensi Pengadaan
Negara-negara anggota kini menghadapi dilema: menunggu proses hukum selesai atau segera mencari substitusi pemasok untuk menghindari kekosongan amunisi. Dalam banyak kesempatan, negara NATO telah menekankan pentingnya efisiensi rantai pasok, terutama di tengah dinamika keamanan yang terus berubah. Skandal ini terasa ironis karena terjadi saat aliansi memperkuat upaya modernisasi sistem pertahanan. Banyak analis menilai kasus ini sebagai pengingat bahwa integritas sistem pengadaan sama pentingnya dengan kekuatan arsenal. Bila satu mata rantai terganggu akibat praktik korupsi, dampaknya bisa merembet ke banyak program militer strategis.
Masa Depan Pengadaan NATO di Tengah Bayang Korupsi
Meski penyelidikan masih berlangsung, skandal ini sudah menimbulkan diskusi serius mengenai perlunya reformasi menyeluruh pada sistem pengadaan NATO. Beberapa kalangan mendorong adanya audit independen, peningkatan transparansi, dan pengawasan lebih ketat terhadap konsultan eksternal. Insiden Eluasvili membuka mata banyak pihak bahwa celah dalam regulasi dapat dieksploitasi dengan mudah. Negara anggota berharap kasus ini menjadi titik balik untuk membangun mekanisme pengadaan yang lebih bersih dan tahan risiko. Dalam konteks keamanan global yang dinamis, kredibilitas NATO sangat ditentukan oleh seberapa cepat dan tepat aliansi merespons krisis di internalnya sendiri.