iNews Complex – Donald Trump, presiden terpilih Amerika Serikat, kembali menjadi sorotan setelah penasihat-penasihatnya menyusun tiga rencana strategis untuk mengakhiri konflik Rusia-Ukraina. Menurut laporan eksklusif Reuters, semua rencana tersebut melibatkan kompromi besar dari pihak Ukraina, termasuk penyerahan wilayah tertentu kepada Rusia dan penghentian aspirasi untuk bergabung dengan NATO.
Langkah ini menuai perdebatan sengit, baik di Amerika Serikat maupun di kancah internasional. Berikut adalah detail dari masing-masing rencana serta analisis dampaknya terhadap geopolitik global.
Donald Trump: Detail Tiga Rencana Strategis
Rencana dari Keith Kellogg
Letnan Jenderal (Purnawirawan) Keith Kellogg, yang ditunjuk sebagai utusan presiden terpilih untuk Rusia dan Ukraina, mengusulkan pendekatan yang dianggap paling moderat.
- Isi Rencana:
- Ukraina menyerahkan wilayah tertentu yang telah diduduki Rusia sejak 2014, termasuk Krimea dan bagian timur Donbas.
- Rusia menghentikan aksi militer dan mendukung gencatan senjata permanen.
- Ukraina tetap menjadi negara non-blok, tanpa keanggotaan NATO atau aliansi militer lainnya.
- Potensi Dampak:
Pendekatan ini dianggap realistis oleh beberapa analis, tetapi berisiko memperkuat posisi Rusia dalam konflik di masa depan.
Usulan dari J.D. Vance
Wakil Presiden terpilih J.D. Vance menawarkan strategi yang lebih keras dengan mengutamakan tekanan ekonomi dan militer.
- Isi Rencana:
- Penghentian bantuan militer AS jika Ukraina menolak berunding.
- Penambahan sanksi berat terhadap Rusia jika mereka menolak diplomasi.
- Penarikan pasukan Rusia dari wilayah yang belum dianeksasi sebagai syarat awal negosiasi.
- Potensi Dampak:
Strategi ini mungkin memaksa kedua pihak untuk terlibat dalam negosiasi, tetapi berisiko menciptakan eskalasi sebelum diplomasi dapat dimulai.
Pendekatan Richard Grenell
Mantan kepala intelijen Richard Grenell mengusulkan rencana berbasis diplomasi langsung antara Trump, Putin, dan Zelensky.
- Isi Rencana:
- Trump memimpin pembicaraan langsung untuk merundingkan batas wilayah yang baru.
- Ukraina mendapat jaminan keamanan dari NATO tanpa keanggotaan penuh.
- Rusia diizinkan mempertahankan pengaruh di kawasan tertentu dengan pengawasan internasional.
- Potensi Dampak:
Pendekatan ini membutuhkan kepercayaan tinggi dari semua pihak, yang saat ini sangat rendah.
Strategi “Wortel dan Hukuman”
Sumber Reuters menyebutkan bahwa penasihat Trump mengadopsi strategi kombinasi “wortel dan hukuman” untuk menekan kedua pihak agar berunding:
- Bagi Ukraina: Penghentian bantuan militer jika Presiden Zelensky menolak negosiasi.
- Bagi Rusia: Peningkatan sanksi dan pengiriman senjata tambahan ke Ukraina jika Putin tidak menunjukkan itikad baik dalam diplomasi.
Langkah ini dirancang untuk memaksa kedua belah pihak bergerak menuju meja perundingan, meskipun risiko gagal tetap tinggi.
Tantangan Implementasi
Meskipun tiga rencana ini tampak menjanjikan di atas kertas, pelaksanaannya menghadapi tantangan besar:
Kompromi Wilayah:
Penyerahan wilayah Ukraina ke Rusia diperkirakan akan memicu reaksi keras dari masyarakat Ukraina dan komunitas internasional.
Kepercayaan Rendah:
Hubungan antara Zelensky dan Putin sudah sangat rapuh, sementara Trump belum menunjukkan langkah konkret untuk membangun kepercayaan antara kedua pemimpin tersebut.
Tekanan Domestik:
Di Amerika Serikat, proposal Trump ini kemungkinan akan memicu perdebatan politik yang tajam, terutama dari pihak yang mendukung kebijakan pro-Ukraina.
Pandangan Zelensky dan Moskow
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky belakangan melunakkan sikapnya terkait kemungkinan kompromi wilayah. Dalam wawancara dengan Kyodo News, ia menyebut bahwa Ukraina bisa menyerahkan beberapa wilayah untuk sementara dan berupaya merebutnya kembali melalui jalur diplomasi di masa depan.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menegaskan bahwa solusi diplomatik hanya mungkin tercapai jika ekspansi NATO ke arah timur dihentikan dan hak-hak penutur bahasa Rusia di Ukraina dihormati.
Proposal yang disusun penasihat Donald Trump memberikan pandangan baru dalam upaya penyelesaian konflik Rusia-Ukraina. Namun, pendekatan ini tidak lepas dari kritik, terutama karena melibatkan kompromi besar dari pihak Ukraina.
Apakah strategi ini akan berhasil? Hanya waktu yang dapat menjawab. Yang jelas, dunia berharap solusi damai yang adil dapat segera tercapai demi mengakhiri penderitaan jutaan orang akibat perang berkepanjangan ini.