
iNews Complex – Bangkok diliputi duka. Perdana Menteri Thailand, Anutin Charnvirakul, pada Sabtu (25/10/2025) mengumumkan masa berkabung nasional setelah Ibu Suri Sirikit meninggal dunia. Masa berkabung selama satu tahun berlaku bagi PNS, pegawai BUMN, dan pejabat pemerintah. Sementara itu, masa berkabung untuk seluruh rakyat ditetapkan selama 30 hari. Selama periode ini, semua kantor pemerintah, sekolah, dan lembaga publik wajib mengibarkan bendera setengah tiang. Pengumuman ini menjadi bentuk penghormatan besar terhadap sosok Ratu Sirikit, yang selama hidupnya dikenal penuh kasih dan pengabdian kepada rakyat.
Pemerintah juga meminta seluruh warga Thailand mengenakan pakaian hitam sebagai tanda duka. Bagi mereka yang tidak memiliki pakaian hitam, warna lembut atau kalem diperbolehkan. Media nasional The Nation Thailand melaporkan bahwa penyelenggara acara hiburan dan konser diminta menyesuaikan suasana agar tetap selaras dengan masa berkabung. Bahkan, sejumlah media di Thailand mengubah tampilan situs web mereka menjadi hitam-putih. Dalam pandangan saya, langkah ini menunjukkan betapa kuatnya budaya hormat rakyat Thailand terhadap keluarga kerajaan. Duka ini bukan hanya tanggung jawab negara, tetapi juga ungkapan cinta dan kesetiaan rakyat kepada monarki.
“Baca Juga : AS Sanksi Minyak Rusia, Eks Presiden Medvedev: “Ini Namanya Perang””
Ibu Suri Sirikit, mantan Ratu Thailand, wafat pada Jumat malam, 24 Oktober 2025, di Rumah Sakit Chulalongkorn, Bangkok. Beliau meninggal dunia dalam usia 93 tahun setelah beberapa tahun menjalani perawatan intensif. Dalam pernyataan resmi, pihak istana menyebut kondisi kesehatan Ratu memburuk akibat infeksi darah. Meski sempat mendapatkan perawatan intensif sejak 17 Oktober, kesehatannya terus menurun hingga akhirnya berpulang dengan damai. Ratu Sirikit adalah istri dari mendiang Raja Bhumibol Adulyadej dan ibu dari Raja Maha Vajiralongkorn. Sosoknya dikenal anggun, berwibawa, dan sangat peduli pada kesejahteraan rakyat.
Wafatnya Ratu Sirikit membawa bangsa Thailand kembali pada kenangan pahit saat Raja Bhumibol meninggal dunia pada 2016. Saat itu, seluruh negeri juga berkabung selama setahun penuh. Kini, duka itu terasa lagi. Banyak warga merasa kehilangan figur keibuan yang menjadi simbol moral dan spiritual bangsa. Dalam pandangan saya, hubungan rakyat Thailand dengan keluarga kerajaan bukan sekadar loyalitas, tetapi juga ikatan emosional yang mendalam. Sosok Ratu Sirikit akan selalu dikenang sebagai lambang kasih sayang dan keteguhan di tengah perubahan zaman.
“Simak Juga : Utang Proyek Kereta Cepat “Whoosh” Membesar, China Dorong Optimisme untuk Indonesia”
Bagi rakyat Thailand, masa berkabung bukan hanya tradisi formal. Ini adalah wujud rasa hormat tertinggi terhadap monarki. Selama masa duka, kegiatan hiburan biasanya dikurangi, dan masyarakat diminta menunjukkan kesopanan dalam berpakaian dan perilaku. Semua elemen masyarakat, dari kota besar hingga desa kecil, ikut berpartisipasi. Dalam budaya Thailand, tindakan sederhana seperti mengenakan warna hitam dianggap bentuk penghormatan tulus terhadap raja dan ratu. Sebagai pengamat, saya melihat masa berkabung ini menegaskan kembali nilai-nilai persatuan dan solidaritas yang telah lama menjadi bagian dari identitas nasional Thailand.
Ratu Sirikit dikenal luas karena dedikasinya terhadap kesejahteraan masyarakat Thailand. Ia mendirikan berbagai yayasan sosial dan mempromosikan seni tradisional serta kerajinan lokal. Melalui lembaga seperti SUPPORT Foundation, beliau membantu masyarakat desa mengembangkan produk kerajinan untuk menopang ekonomi keluarga. Selain itu, beliau juga berperan dalam diplomasi budaya, memperkenalkan Thailand ke dunia melalui seni dan pakaian tradisional. Bagi banyak orang, Ratu Sirikit bukan hanya ratu, tapi juga “Ibu Bangsa”. Menurut saya, warisan sosial dan budaya yang beliau tinggalkan akan terus hidup dan menjadi inspirasi bagi generasi muda Thailand.