iNews Complex – Dalam sebuah pertemuan kabinet yang berlangsung penuh energi, Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali menyulut perhatian publik lewat pernyataannya yang lugas dan provokatif. Dengan gaya khasnya, ia menuduh sejumlah sekutu AS telah “menguras” Amerika selama bertahun-tahun, terutama dalam konteks perdagangan. Walau sempat berkata enggan menyebutkan nama, Trump akhirnya menyindir Jepang dan Korea Selatan sambil memancing tawa anggota kabinetnya. Momen itu menunjukkan bagaimana Trump kembali memainkan retorika populis yang menempatkan AS sebagai pihak yang “dirugikan”, sembari menegaskan bahwa kebijakan tarif globalnya adalah bentuk perlawanan atas praktik yang ia nilai tidak adil.
Klaim Pendapatan Tarif hingga Rencana “Dividen” bagi Warga
Trump kembali membanggakan kebijakan tarif yang ia terapkan secara luas. Menurutnya, pendapatan dari tarif tersebut membawa keuntungan besar bagi negara dan berpotensi digunakan untuk memberikan “dividen” langsung kepada warga. Ia bahkan mengulang gagasannya yang kontroversial: menghapus pajak penghasilan federal dan menggantinya dengan pendapatan tarif impor. Dengan nada optimis, Trump menyebut kebijakan itu sebagai bukti bahwa AS tidak lagi membiarkan negara lain mengambil keuntungan secara sepihak. Meski demikian, banyak pihak masih mempertanyakan kelayakan dan dampak jangka panjang dari kebijakan tersebut terhadap ekonomi global dan hubungan diplomatik Amerika.
“Baca Juga : Garuda Indonesia Terbangkan 20 Ton Bantuan Logistik untuk Aceh, Medan, dan Padang”
Keluhan terhadap Perdagangan, NATO, hingga Kebijakan Dalam Negeri
Selama lebih dari 30 menit, Trump meluapkan berbagai keluhannya mengenai isu internasional maupun domestik. Ia menegaskan bahwa AS selama ini dirugikan oleh negara mitra, termasuk dalam perdagangan dan pembiayaan pertahanan NATO. Di ranah dalam negeri, ia menyerang kampanye Partai Demokrat terkait isu keterjangkauan biaya hidup, menyebutnya sebagai “narasi palsu”. Trump menilai oposisi hanya memainkan retorika tanpa menawarkan solusi nyata. Dalam momen itu, ia ingin menegaskan kepada publik bahwa dirinya tetap menjadi figur yang berjuang melawan pihak-pihak yang dianggap melemahkan posisi Amerika baik dari luar maupun dari dalam negeri.
Serangan terhadap Ketua The Fed Jerome Powell
Trump juga mengarahkan kritik keras kepada Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, melalui pernyataan yang sarat sindiran. Ia menyebut Powell sebagai “lembu jantan keras kepala” dan mengisyaratkan bahwa sang Ketua tidak menyukai dirinya. Kritik itu memperlihatkan ketegangan lama antara Trump dan otoritas moneter AS yang sering ia salahkan atas kondisi ekonomi tertentu. Retorika ini bukan hal baru, tetapi kali ini Trump mengemasnya dengan humor tajam yang mencerminkan kekecewaannya terhadap kebijakan suku bunga dan arah kebijakan The Fed secara keseluruhan.
Klaim Penurunan Harga Obat yang Membingungkan
Dalam kesempatan tersebut, Trump menyampaikan klaim bombastis mengenai keberhasilan pemerintahannya menurunkan harga obat-obatan. Ia menyebut harga obat turun hingga “800 persen”, angka yang menimbulkan kebingungan karena tidak mungkin secara matematis. Meskipun klaim itu dibarengi kritik terhadap Obamacare yang ia sebut “bencana”, banyak analis menilai Trump sedang menekankan pesan politik ketimbang menyampaikan data faktual. Ia mengulang gagasan bahwa dana kesehatan seharusnya langsung diberikan kepada rakyat, bukan melalui perusahaan asuransi, sebuah pendekatan yang mengundang perdebatan luas.
“Simak Juga : Drone Laut Ukraina Ledakkan Armada Bayangan Rusia di Laut Hitam Turki”
Kritik terhadap Kebijakan Iklim dan “Green New Scam”
Trump mengakhiri serangannya dengan mengolok-olok kebijakan perlindungan lingkungan, terutama agenda perubahan iklim yang ia sebut sebagai “green new scam”. Baginya, kebijakan iklim hanyalah bentuk penipuan besar yang membebani ekonomi AS. Ia menyebut isu pemanasan global sebagai “omong kosong”, menunjukkan bahwa posisinya terhadap isu ini tetap tidak berubah meski kritik global terhadap pandangannya semakin kuat. Retorika tersebut menggambarkan upaya Trump menguatkan basis politiknya yang selama ini skeptis terhadap perubahan iklim dan mendukung deregulasi lingkungan.
Reaksi Publik dan Dampaknya bagi Hubungan Internasional
Pernyataan Trump kembali memicu perdebatan luas, terutama terkait hubungan AS dengan Jepang dan Korea Selatan. Dua negara tersebut selama ini dianggap mitra strategis dalam ekonomi dan keamanan kawasan Asia-Pasifik. Sindiran Trump berpotensi memengaruhi dialog perdagangan dan komitmen pertahanan di masa mendatang. Di sisi lain, retorika kerasnya mungkin ditujukan untuk memperkuat dukungan domestik menjelang agenda politik berikutnya. Apa pun tujuannya, pernyataan tersebut menambah panjang daftar komentar kontroversial Trump yang mengguncang dinamika politik internasional.