iNews Complex – Dana Moneter Internasional (IMF) secara resmi memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global. Langkah ini diambil setelah meninjau berbagai indikator yang menunjukkan perlambatan. Ketidakpastian geopolitik dan inflasi global masih menjadi faktor utama. Investor di seluruh dunia diimbau untuk lebih berhati-hati. IMF memperingatkan bahwa ekonomi bisa mengalami tekanan dalam beberapa kuartal mendatang. Penyesuaian portofolio dan diversifikasi aset dianggap krusial saat ini. Laporan terbaru menunjukkan ketidakseimbangan antara pertumbuhan negara maju dan berkembang. Hal ini mendorong kekhawatiran resesi yang lebih luas.
Dalam laporan World Economic Outlook, IMF merevisi pertumbuhan global dari 3% menjadi 2,6%. Penurunan ini dianggap cukup signifikan untuk mempengaruhi pasar finansial. Negara-negara dengan ketergantungan ekspor akan sangat terpengaruh. Harga komoditas juga diperkirakan akan lebih fluktuatif. IMF menyebutkan bahwa pemulihan pascapandemi belum sepenuhnya solid. Bahkan negara-negara maju seperti Jerman dan Jepang mengalami kontraksi.
“Baca Juga : Bayern Hancurkan Frankfurt 4-0, Posisi Puncak Makin Kokoh”
Meski beberapa negara mulai menurunkan suku bunga, inflasi tetap tinggi di banyak tempat. Kenaikan harga bahan pokok dan energi belum menunjukkan tanda mereda. IMF memperingatkan bahwa bank sentral harus berhati-hati dalam melonggarkan kebijakan. Jika inflasi tidak dikendalikan, daya beli masyarakat akan terus tergerus. Ini berisiko menurunkan konsumsi dan memperlambat pertumbuhan lebih lanjut.
Ketegangan antara negara besar seperti AS, Tiongkok, dan Rusia semakin menambah beban. Konflik di Timur Tengah juga mengganggu rantai pasok global. IMF menilai bahwa geopolitik akan terus mendominasi sentimen pasar. Investor global perlu mengkaji kembali eksposur terhadap sektor berisiko tinggi. Volatilitas di pasar saham dan obligasi diperkirakan akan meningkat.
“Simak juga: Bagaimana Skema Sewa Beli RTO Bisa Mempercepat Realisasi Rumah Prabowo?”
IMF menyarankan agar investor mulai beralih ke instrumen yang lebih defensif. Emas dan obligasi pemerintah dianggap sebagai tempat berlindung sementara. Diversifikasi menjadi kunci utama menghadapi ketidakpastian. Sektor teknologi dan kesehatan dinilai masih punya potensi tumbuh. Selain itu, pendekatan jangka panjang lebih disarankan daripada spekulatif.
Negara berkembang yang bergantung pada pinjaman luar negeri menghadapi tantangan berat. Nilai tukar yang melemah meningkatkan beban pembayaran utang. IMF meminta negara berkembang memperkuat cadangan devisa. Reformasi struktural juga ditekankan agar tetap kompetitif. Ketimpangan pertumbuhan global bisa memperlebar jurang kemiskinan.