iNews Complex – KFC Indonesia, yang dikelola oleh PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), menghadapi krisis finansial yang cukup parah dimana KFC terus merugi, tercermin dari kerugian bersih sebesar Rp 557,08 miliar hingga kuartal III-2024. Laporan keuangan yang dipublikasikan pada 30 September 2024 tersebut menunjukkan bahwa meskipun perusahaan terus berusaha bangkit, mereka masih kesulitan untuk mencapai profitabilitas yang diinginkan. Kerugian ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk dampak lanjutan dari pandemi Covid-19 dan kampanye boikot terhadap produk Amerika Serikat (AS) di Indonesia.
“Baca juga: Prabowo Bentuk Badan Intelijen Keuangan, Sri Mulyani Ditunjuk Sebagai Komandan”
Manajemen KFC Indonesia mengidentifikasi dua penyebab utama kerugian besar yang dialami perusahaan. Pertama, pemulihan ekonomi yang belum sepenuhnya pulih sejak pandemi Covid-19. Penjualan yang tidak mencapai target yang diharapkan terus menjadi beban bagi perusahaan. Kedua, dampak dari kampanye boikot terhadap produk-produk AS yang semakin mempengaruhi kinerja KFC Indonesia, terutama setelah ketegangan terkait konflik di Timur Tengah, khususnya di Palestina. Hal ini berimbas pada penurunan daya beli masyarakat dan berkurangnya jumlah pengunjung ke gerai-gerai KFC.
“Dua masalah ini telah berdampak negatif terhadap hasil grup untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada 30 September 2024,” ungkap manajemen FAST. Dengan kondisi yang semakin sulit ini, KFC Indonesia belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan signifikan dalam waktu dekat.
“Simak juga: Rupiah Menguat Menjelang Akhir Pekan, Capai Rp15.632”
Dampak kerugian yang cukup besar tersebut juga terlihat dari keputusan perusahaan untuk menutup sejumlah gerai. Pada 30 September 2024, KFC Indonesia tercatat mengoperasikan 715 gerai di seluruh Indonesia. Angka ini menurun signifikan dibandingkan dengan jumlah gerai yang tercatat pada Desember 2023, yaitu 762 gerai. Artinya, dalam waktu kurang dari satu tahun, perusahaan telah menutup 47 gerai. Penutupan ini tentu saja berimbas pada karyawan yang terdampak, di mana perusahaan mengurangi jumlah tenaga kerjanya secara signifikan.
Pada 31 Desember 2023, KFC Indonesia mempekerjakan sekitar 15.989 orang. Namun, pada 30 September 2024, jumlah karyawan yang tersisa hanya 13.715 orang. Ini menunjukkan adanya pengurangan karyawan sebanyak 2.274 orang dalam waktu kurang dari setahun.
Kerugian yang dialami oleh KFC Indonesia bukanlah hal baru. Sebelumnya, pada 2023, perusahaan ini mencatat kerugian tahunan sebesar Rp 418,21 miliar. Bahkan, pada tahun 2022, KFC Indonesia juga mengalami kerugian sebesar Rp 77,45 miliar. Tercatat pula bahwa pada tahun 2020 dan 2021, KFC Indonesia mengalami kerugian yang lebih besar, masing-masing sebesar Rp 300,61 miliar dan Rp 377,18 miliar. Dengan demikian, kerugian yang dialami KFC Indonesia sudah berlangsung cukup lama.
Meskipun kampanye boikot di Indonesia memberikan dampak negatif yang signifikan bagi perusahaan. Situasi ini menambah tantangan bagi perusahaan dalam mempertahankan eksistensinya di pasar yang semakin kompetitif.
Krisis yang menimpa KFC Indonesia ini tidak hanya berdampak pada perusahaan itu sendiri, tetapi juga dapat mempengaruhi industri restoran cepat saji di Indonesia secara keseluruhan. Namun, dengan adanya langkah-langkah efisiensi yang diambil oleh perusahaan, seperti penutupan gerai dan PHK karyawan, KFC Indonesia berusaha bertahan dalam menghadapi kondisi yang semakin sulit.