
iNews Complex – Dalam upaya memperkuat pertahanan maritimnya, Singapura secara resmi meluncurkan kapal perang terbesarnya yang diberi nama Victory. Kapal ini mencuri perhatian karena desain futuristiknya yang disebut mirip dengan kapal luar angkasa dalam film Battlestar Galactica. Upacara peluncuran digelar di ST Engineering Benoi Shipyard pada Selasa (21/10/2025), dipimpin langsung oleh Menteri Pertahanan Chan Chun Sing. Dalam sambutannya, Chan menegaskan bahwa Victory bukan sekadar kapal perang, tetapi simbol transformasi Angkatan Laut Singapura menuju era kecerdasan buatan. “Ini bukan kapal biasa, melainkan kapal dengan ‘otak’ yang terus berevolusi,” ujarnya. Dengan bobot 8.000 ton dan panjang 150 meter, Victory menjadi kapal tempur permukaan terbesar dalam sejarah Republic of Singapore Navy (RSN), sekaligus tonggak baru dalam sejarah teknologi pertahanan Asia Tenggara.
Kapal Victory bukan hanya megah secara fisik, tetapi juga mengusung teknologi yang jauh melampaui zamannya. Kapal ini dilengkapi dengan sistem Multi-Role Combat Vessel (MRCV), yang memungkinkan kendali drone laut, udara, dan bawah air secara terpadu melalui sistem kecerdasan buatan (Artificial Intelligence). AI pada kapal ini mampu menganalisis situasi tempur secara real time, mengambil keputusan cepat, dan menyesuaikan taktik tanpa campur tangan manusia secara langsung. Sistem ini ibarat otak digital yang terus belajar dari setiap misi yang dijalankan. Bagi banyak analis militer, peluncuran Victory menandai era baru peperangan berbasis teknologi otonom di kawasan Asia. Dengan integrasi AI, Singapura berambisi menjadikan angkatan lautnya lebih efisien, presisi, dan adaptif terhadap ancaman modern di laut terbuka.
“Baca Juga : Misi Rahasia CIA di Venezuela Terbongkar, AS Kirim Pengebom ke Laut Karibia”
Salah satu keunggulan utama dari Victory adalah konsepnya sebagai “kapal induk mini” untuk sistem tak berawak. Melalui proyek MRCV yang dimulai sejak Maret 2023, Singapura berupaya menciptakan kapal yang dapat mengoordinasikan berbagai misi tanpa perlu armada besar berawak. Kapal ini bisa memimpin operasi yang biasanya memerlukan beberapa kapal pendukung. Menteri Chan Chun Sing menyebut konsep operasional Victory mengingatkannya pada film-film fiksi ilmiah yang menggabungkan kecerdasan buatan dan sistem otonom dalam peperangan. “Sistem senjatanya akan terus berevolusi mengikuti kebutuhan misi,” ujarnya. Fleksibilitas ini menjadikan Victory tidak hanya unggul di medan tempur, tetapi juga dapat berperan dalam misi non-tempur, seperti bantuan kemanusiaan, evakuasi, hingga penanganan bencana alam di wilayah Asia Tenggara.
Desain modular menjadi karakter paling menonjol dari MRCV. Victory dirancang agar dapat beralih dari misi tempur ke misi kemanusiaan dalam waktu singkat. Kapal ini memiliki jangkauan 7.000 mil laut dan ruang misi yang mampu menampung delapan kontainer berukuran 20 kaki. Hal ini memungkinkan penyesuaian peralatan sesuai kebutuhan operasi. Di buritan, terdapat sistem untuk menaikkan dan menurunkan kapal kecil atau drone permukaan, sementara derek di sisi kapal digunakan untuk memindahkan perlengkapan secara cepat. Di bagian belakang, dek terbang luas disiapkan untuk menampung helikopter ukuran sedang dan drone udara. Desain ini tidak hanya memperluas fungsi kapal, tetapi juga memastikan bahwa Victory siap menghadapi berbagai skenario, mulai dari peperangan laut hingga misi penyelamatan internasional.
Kapal Victory yang baru ini bukan nama baru di sejarah angkatan laut Singapura. Kapal tersebut merupakan penerus dari enam Victory-class missile corvette yang telah melayani sejak 1990-an. Dengan teknologi modern dan kemampuan jauh lebih besar, keenam kapal baru MRCV akan mewarisi nama-nama pendahulunya sebagai bentuk penghormatan terhadap generasi pelaut sebelumnya. Kapal pertama dijadwalkan rampung dan resmi diserahkan kepada RSN pada tahun 2028. Perpaduan antara warisan dan inovasi ini mencerminkan filosofi militer Singapura: menjaga tradisi sambil terus beradaptasi terhadap tantangan masa depan. Dalam konteks geopolitik Asia Tenggara yang dinamis, kehadiran MRCV menjadi pesan tegas bahwa Singapura siap mempertahankan kedaulatan maritimnya dengan teknologi yang berada di garis terdepan.
“Simak Juga : Israel Tak Butuh Izin Siapa Pun untuk Serang Gaza”
Setelah peluncurannya, Victory akan menjalani tahap penyelesaian, integrasi sistem, dan uji laut di galangan Gul Yard ST Engineering. Proses ini akan memastikan bahwa seluruh sistem AI dan perangkat kendali drone dapat bekerja secara harmonis. Tahapan uji ini juga melibatkan simulasi berbagai kondisi ekstrem untuk menguji ketahanan struktur kapal serta keandalan teknologinya. Kementerian Pertahanan Singapura menargetkan agar Victory bisa beroperasi penuh dalam waktu tiga tahun ke depan. Dengan kemampuan mengendalikan berbagai drone sekaligus, kapal ini akan menjadi tulang punggung operasi maritim RSN di kawasan Indo-Pasifik. Bagi Singapura, Victory bukan hanya kapal, melainkan simbol masa depan: kekuatan, inovasi, dan keberanian menghadapi era peperangan digital.
Peluncuran Victory mencerminkan ambisi besar Singapura dalam memperkuat pertahanannya di tengah ketidakpastian global. Negara kecil dengan sumber daya terbatas ini membuktikan bahwa kecerdasan dan inovasi bisa menjadi kekuatan baru. Dengan menggabungkan teknologi AI dan sistem tak berawak, Singapura ingin menunjukkan bahwa pertahanan modern tidak hanya bergantung pada jumlah pasukan, tetapi pada kemampuan beradaptasi terhadap zaman. Kapal seperti Victory menjadi simbol transformasi dari kekuatan kecil menjadi kekuatan cerdas. Dalam konteks kawasan Asia, langkah ini menegaskan posisi Singapura sebagai pelopor militer berbasis teknologi tinggi. Lebih dari sekadar alat perang, Victory adalah pesan bagi dunia bahwa masa depan pertahanan tidak hanya dibangun di atas kekuatan senjata, tetapi juga pada kecerdasan buatan dan visi kemanusiaan.