iNews Complex – Taliban, sebagai penguasa Afghanistan saat ini, menegaskan tidak akan menyerahkan kembali kendali Pangkalan Udara Bagram kepada militer Amerika Serikat (AS). Penolakan ini muncul setelah Presiden Donald Trump secara terbuka meminta agar fasilitas strategis tersebut dikembalikan ke tangan Washington.
“Baca Juga : Fenomena Longevity di Jepang: Jumlah Penduduk 100 Tahun Tembus Rekor Baru”
Zakir Jalaly, diplomat dari Kementerian Luar Negeri Afghanistan, menyampaikan bahwa rakyat Afghanistan tidak menginginkan kehadiran kembali pasukan AS di negaranya. Menurutnya, hubungan Kabul dan Washington sebaiknya dibangun di atas dasar kerja sama ekonomi dan politik yang saling menghormati, bukan lewat dominasi militer.
“Afghanistan menolak kehadiran militer asing di wilayahnya. Jika ada hubungan dengan Amerika, sebaiknya sebatas kerja sama ekonomi dan politik, bukan penguasaan pangkalan militer,” tegas Jalaly.
Pangkalan Udara Bagram memiliki nilai strategis tinggi. Awalnya, pangkalan ini dibangun oleh Uni Soviet ketika mereka menduduki Afghanistan pada era 1980-an. Setelah menggulingkan rezim Taliban pada 2001, AS memperluas dan mengoperasikan kembali Bagram sebagai pusat operasi militernya di Afghanistan.
Namun, pada 2021, Taliban berhasil merebut kembali Bagram setelah pasukan AS dan sekutu NATO meninggalkan Afghanistan secara tergesa-gesa. Penarikan ini kerap disebut sebagai momen paling memalukan bagi Washington, bahkan Trump menyebutnya sebagai sebuah “aib besar” yang terjadi di era kepemimpinan Joe Biden.
“Simak Juga : Beasiswa Kuliah Gratis D4-S1 Tahun 2025 untuk Guru dan Calon Guru Resmi Dibuka”
Sikap Taliban ini mendapat dukungan terbuka dari China. Beijing menilai kehadiran militer AS di Afghanistan hanya memperburuk stabilitas kawasan. Sebaliknya, China mendorong pembangunan hubungan bilateral dengan Afghanistan, khususnya di bidang ekonomi, infrastruktur, dan perdagangan.
Bagi China, stabilitas Afghanistan memiliki peran penting dalam memperluas jalur perdagangan dan pengaruh ekonomi di kawasan Asia Tengah melalui inisiatif Belt and Road Initiative (BRI).
Permintaan Trump agar Bagram dikembalikan menambah ketegangan antara Taliban dan pemerintah AS. Taliban menilai langkah tersebut sebagai bentuk intervensi terhadap kedaulatan negara.
Bagi rakyat Afghanistan, Bagram bukan sekadar pangkalan udara, tetapi juga simbol berakhirnya dominasi militer asing di tanah mereka.