iNews Complex – Kementerian Pertahanan Rusia mengumumkan bahwa pesawat pengebom strategis Tu-95MS berkemampuan nuklir kembali melakukan penerbangan di atas perairan netral Laut Jepang pada Selasa (19/8/2025). Penerbangan itu berlangsung lebih dari enam jam dan diklaim sebagai misi terjadwal, bukan provokasi.
Dalam penerbangan tersebut, pesawat pengebom Tu-95MS mendapat pengawalan ketat dari jet tempur modern Rusia, yaitu Su-35S dan Su-30SM. Menurut Moskow, langkah itu dilakukan untuk memberikan perlindungan tempur sekaligus menunjukkan kesiapan Angkatan Udara Rusia dalam menjaga operasi jarak jauh mereka.
“Baca Juga : WN AS Ceritakan Antusiasme Rayakan HUT ke-80 RI di Jakarta”
Rusia menegaskan bahwa misi semacam ini rutin dilakukan. Pesawat jarak jauh mereka disebut sering mengudara di atas perairan netral di berbagai wilayah, termasuk Samudra Pasifik, Arktik, Atlantik Utara, Laut Baltik, dan Laut Hitam. Moskow juga menegaskan seluruh operasi selalu mematuhi aturan hukum internasional mengenai penggunaan wilayah udara.
Hingga kini, pemerintah dan militer Jepang belum memberikan tanggapan resmi terkait penerbangan pesawat pengebom Rusia tersebut. Namun, situasi ini dipandang menambah ketegangan hubungan Tokyo dan Moskow yang sejak lama memiliki perselisihan, terutama soal kepulauan Kuril.
“Simak Juga : Menlu Jerman Sebut China Semakin Agresif di Asia-Pasifik”
Ini bukan pertama kalinya Jepang menghadapi situasi serupa. Pada Januari lalu, Tokyo mendeteksi keberadaan pesawat pengebom Rusia di atas Laut Okhotsk dan Laut Jepang. Sebagai respons, Jepang mengerahkan jet tempurnya untuk mengawasi pergerakan pesawat asing tersebut. Bahkan pada September 2024, Jepang sempat melayangkan protes diplomatik karena menganggap jet tempur Rusia melanggar wilayah udaranya.
Aktivitas penerbangan militer Rusia di kawasan Asia Timur menimbulkan kekhawatiran baru. Laut Jepang merupakan jalur perdagangan internasional yang vital. Setiap insiden militer di wilayah ini berpotensi memicu ketegangan yang berdampak pada keamanan regional dan bahkan stabilitas global.
Moskow menegaskan bahwa penerbangan ini bukan bentuk ancaman, melainkan bagian dari operasi rutin. Namun, banyak pengamat menilai langkah tersebut sebagai sinyal bahwa Rusia ingin menunjukkan kekuatan militernya di tengah hubungan yang memburuk dengan Barat dan sekutunya di Asia.
Dengan situasi yang terus berulang, hubungan Rusia dan Jepang diperkirakan akan semakin penuh dinamika. Pertanyaan yang tersisa adalah bagaimana Tokyo akan merespons ke depan terhadap setiap manuver udara Rusia di kawasan sensitif tersebut.