iNews Complex – Anggoro Eko Cahyo resmi menjabat sebagai Direktur Utama Bank Syariah Indonesia (BSI) menggantikan Hery Gunardi. Pengangkatan tersebut disahkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang digelar baru-baru ini. Nama Anggoro bukanlah sosok baru di dunia perbankan nasional. Ia telah lama berkecimpung dalam industri finansial dan dikenal dengan pendekatannya yang sistematis serta berorientasi pada transformasi digital. Kehadirannya sebagai nakhoda baru BSI pun memunculkan berbagai harapan besar, terutama dalam memperkuat posisi bank syariah di tengah persaingan perbankan nasional.
Sebelum menduduki posisi sebagai Direktur Utama BSI, Anggoro Eko Cahyo menjabat sebagai Direktur Utama PT Taspen (Persero). Di sana, ia dikenal sukses membawa perusahaan milik negara tersebut melakukan berbagai inovasi. Ia juga sempat menjabat sebagai Direktur Keuangan dan Investasi di perusahaan yang sama. Kariernya di dunia keuangan juga ditorehkan melalui pengalaman panjang di Bank Mandiri. Di institusi tersebut, Anggoro menjabat berbagai posisi strategis yang memperkaya portofolio kepemimpinannya. Ia memiliki pemahaman mendalam tentang keuangan syariah serta pengelolaan dana jangka panjang.
“Baca Juga : Mathew Baker, Sosok Pejuang Sejati untuk Indonesia di Kancah Internasional”
Anggoro Eko Cahyo merupakan lulusan Sarjana Ekonomi dari Universitas Gadjah Mada (UGM). Setelah itu, ia melanjutkan studi ke jenjang pascasarjana di luar negeri. Ia meraih gelar Master of Business Administration dari Universitas Birmingham di Inggris. Bekal akademik yang kuat ini menjadi pondasi penting dalam setiap kebijakan strategis yang ia ambil. Ia dikenal sebagai pribadi yang analitis dan mampu mengintegrasikan teori serta praktik secara seimbang. Pendidikan luar negerinya juga memberi keunggulan dalam menjalin kerja sama internasional.
Salah satu misi besar Anggoro di BSI adalah melakukan transformasi digital. Ia menilai bahwa ke depan, perbankan syariah harus bisa mengikuti laju perubahan teknologi. BSI di bawah kepemimpinannya diharapkan dapat menghadirkan layanan keuangan yang lebih efisien dan mudah diakses masyarakat. Ia juga mendorong digitalisasi tidak hanya pada sisi layanan konsumen, tetapi juga pada proses operasional internal. Anggoro percaya bahwa teknologi adalah alat penting dalam meningkatkan inklusi keuangan, terutama di kalangan masyarakat yang belum tersentuh layanan perbankan formal.
“Simak juga: Alasan IMF Memangkas Proyeksi Ekonomi Dunia Tahun Ini”
Meski fokus pada digitalisasi, Anggoro menekankan pentingnya tetap menjaga nilai-nilai syariah dalam setiap langkah bisnis. Ia berkomitmen untuk tidak hanya menjadikan BSI sebagai bank besar secara aset, tetapi juga menjadi bank yang dipercaya secara etika. Prinsip keadilan, transparansi, dan keberkahan menjadi nilai utama yang terus ia dorong. Ia juga ingin BSI lebih aktif dalam membiayai sektor-sektor yang produktif dan berdampak pada kesejahteraan umat. Peran sosial BSI akan terus diperkuat, termasuk melalui optimalisasi zakat, infak, dan dana sosial lainnya.
Sebagai bank hasil merger tiga bank syariah milik Himbara, BSI menghadapi berbagai tantangan kompleks. Salah satunya adalah menyatukan budaya kerja yang berbeda. Anggoro melihat hal itu sebagai peluang untuk membentuk budaya baru yang lebih kuat. Ia juga menyoroti pentingnya memperluas penetrasi BSI ke segmen milenial. Menurutnya, generasi muda adalah kunci keberlanjutan BSI di masa depan. Ia ingin menjadikan BSI sebagai bank pilihan utama generasi digital yang menginginkan layanan cepat, aman, dan sesuai nilai-nilai Islam.
Anggoro percaya bahwa Indonesia memiliki potensi besar dalam mengembangkan ekonomi syariah. Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar, Indonesia memiliki pasar yang sangat luas. Namun, potensi itu belum tergarap maksimal. Ia ingin BSI menjadi motor penggerak dalam mengakselerasi pertumbuhan ekonomi syariah nasional. Ia juga aktif dalam berbagai forum ekonomi syariah baik nasional maupun internasional. Menurutnya, kolaborasi lintas sektor menjadi kunci penting agar ekonomi syariah bisa menjadi arus utama, bukan hanya alternatif di tengah ekonomi konvensional.
Anggoro dikenal sebagai pemimpin yang inklusif dan terbuka terhadap masukan. Ia sering turun langsung ke lapangan untuk mendengar aspirasi karyawan dan nasabah. Gaya komunikasinya yang lugas dan hangat membuatnya mudah diterima berbagai kalangan. Ia juga gemar berdiskusi dengan tim muda dan memberi ruang inovasi dalam organisasi. Ia percaya bahwa keberhasilan transformasi tidak bisa diraih dengan gaya otoriter. Justru, keterlibatan seluruh elemen organisasi menjadi kunci keberhasilan jangka panjang. Ia ingin membangun iklim kerja yang sehat dan saling menghargai.
Dalam jangka panjang, Anggoro menargetkan BSI tidak hanya menjadi bank terbesar di dalam negeri, tapi juga pemain global. Ia menyasar ekspansi BSI ke pasar internasional, terutama negara-negara dengan komunitas Muslim yang besar. Ia juga akan memperkuat kerja sama dengan institusi keuangan syariah global. Selain itu, ia ingin memperbesar porsi pembiayaan BSI ke sektor hijau dan berkelanjutan. Ia percaya bahwa perbankan syariah harus menjadi bagian dari solusi global, bukan hanya masalah lokal. Visi ini menjadi arah besar yang ia bawa sejak awal menjabat.