iNews Complex – Pemerintah Indonesia tetap menunjukkan komitmennya dalam memperluas pasar ekspor ke berbagai negara. Meskipun ketegangan antara India dan Pakistan kembali meningkat, RI tidak menunjukkan tanda-tanda akan mengendurkan ekspansi pasar luar negerinya. Bahkan, beberapa delegasi dagang dijadwalkan tetap berangkat dalam waktu dekat. Kondisi geopolitik yang tidak stabil dianggap sebagai tantangan yang harus dihadapi. Upaya diversifikasi ekspor pun terus dilakukan tanpa bergantung pada satu kawasan tertentu.
Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan menegaskan bahwa strategi ekspor Indonesia bersifat dinamis. RI tidak hanya fokus pada satu negara mitra. Meski India adalah mitra dagang besar, pemerintah tidak akan menggantungkan seluruh ekspor pada satu negara. Diversifikasi ini termasuk memperluas pasar ke Afrika, Eropa Timur, dan Timur Tengah. Selain itu, kerja sama dengan negara-negara ASEAN terus ditingkatkan. Langkah ini diambil untuk meminimalkan dampak dari ketegangan geopolitik regional.
“Baca Juga : Najwa Shihab: Revisi UU TNI Picu Kekhawatiran Mahasiswa”
Kementerian Perhubungan dan pelaku ekspor turut menyusun strategi antisipatif. Salah satunya adalah penyesuaian rute pengiriman untuk menjamin keamanan logistik. Beberapa perusahaan pengapalan sudah mulai menghindari jalur yang dekat dengan perbatasan India-Pakistan. Perubahan rute ini memang memakan waktu dan biaya tambahan. Namun, langkah ini dinilai perlu untuk menghindari risiko keamanan barang ekspor. Pengiriman juga mulai dikonsentrasikan ke pelabuhan dengan fasilitas keamanan tinggi.
Meski ketegangan memanas, beberapa sektor ekspor masih menjadi prioritas pemerintah. Produk makanan dan minuman olahan, tekstil, serta elektronik ringan tetap digenjot. Pasar Timur Tengah dan Afrika dianggap sebagai peluang besar bagi sektor-sektor ini. Pemerintah juga mulai menjajaki potensi pasar baru di Asia Selatan selain India. Negara seperti Bangladesh, Sri Lanka, dan Nepal masuk dalam daftar potensial. Fokus ekspor pun diarahkan ke produk dengan margin tinggi dan kebutuhan tinggi.
“Simak juga: DJP Bongkar Alasan di Balik Ketidakpatuhan SPT”
RI terus memperkuat hubungan diplomatik ekonomi dengan negara-negara mitra strategis. Meski kondisi politik India-Pakistan memanas, Indonesia tetap menjalin komunikasi intensif dengan kedua pihak. Hal ini dilakukan agar hubungan dagang tetap berjalan tanpa hambatan besar. Bahkan, dalam beberapa forum internasional, Indonesia menawarkan diri sebagai jembatan dialog. Komitmen untuk tidak mencampuri urusan politik luar negeri menjadi kunci kestabilan ekspor. Hubungan dagang dipisahkan dari dinamika politik yang memanas.
Pemerintah juga mendorong pelaku UMKM untuk lebih adaptif terhadap perubahan pasar global. Pelatihan ekspor digital, sertifikasi halal, dan akses pembiayaan dipercepat. UMKM didorong untuk masuk ke pasar non-tradisional seperti Afrika dan Amerika Selatan. Ketika pasar India berisiko terganggu, UMKM tetap punya peluang lain yang terbuka lebar. Pemerintah pun menyediakan fasilitas pameran virtual untuk mendekatkan produk UMKM ke buyer luar negeri. Semua dilakukan demi memastikan ekspor tetap tumbuh secara stabil.
Meskipun ketegangan regional berlangsung, minat investor asing terhadap pasar Indonesia tetap tinggi. Beberapa investor dari Eropa dan Jepang menyatakan tidak terpengaruh oleh konflik India-Pakistan. Bahkan, mereka mengapresiasi ketahanan ekonomi RI yang tetap fokus pada stabilitas. Pemerintah juga terus menawarkan insentif investasi di sektor logistik, manufaktur, dan agribisnis. Dengan demikian, sektor ekspor tidak hanya mengandalkan daya saing produk, tapi juga dukungan infrastruktur investasi. Komitmen RI untuk tetap ekspansif diapresiasi oleh dunia internasional.