iNews Complex – Siapa yang tidak mengenal Ryan Garcia? Petinju muda berbakat yang mendadak menjadi topik perbincangan bukan hanya karena pukulannya, tetapi juga kontroversi yang menyertainya. Setelah dinyatakan gagal dalam tes VADA karena penggunaan Ostarine, hasil dari kemenangan mengejutkannya melawan Devin Haney langsung dibatalkan, berubah menjadi no contest. Larangan bermain selama setahun pun menghampiri Garcia. Namun, bukannya tenggelam dalam bayang-bayang aib doping, Garcia justru semakin populer di media sosial. Pengikutnya melonjak drastis.
Lalu, di tengah skorsing yang seharusnya menjadi titik nadir kariernya, datang Bernard Hopkins. Mantan juara dunia yang kini berperan sebagai mentor ini tampaknya memiliki pandangan berbeda. Alih-alih menunggu, Hopkins ingin melihat anak asuhnya segera bertarung, dan Shakur Stevenson menjadi nama yang disebut-sebut. Bagaimana mungkin Hopkins berani melempar tantangan ini, sementara Garcia sedang dalam masa larangan bertarung?
Sebagian orang mungkin akan berpikir bahwa skandal doping akan menghancurkan karier seorang atlet. Namun, kasus Ryan Garcia sepertinya berbeda. Setelah skorsing akibat Ostarine, yang mengejutkan adalah bukan hanya sorotan negatif yang menghampirinya, tetapi juga perhatian besar dari publik. Akun X-nya (sebelumnya Twitter) melonjak menjadi lebih dari satu juta pengikut, dan Instagram-nya pun mengalami lonjakan dengan tambahan dua juta pengikut.
Bisa dibilang, ketenaran Garcia malah semakin melambung, dan mungkin ini yang membuat Hopkins merasa waktu yang tepat untuk memanfaatkan momentum tersebut. Namun, apakah ini langkah tepat di tengah ketidakjelasan kariernya?
Pertanyaan besar pun muncul: Mengapa Shakur Stevenson? Garcia sempat menyebut nama Shakur setelah kemenangan kontroversialnya melawan Haney, mengatakan bahwa ia tertarik bertarung dengan Stevenson jika tidak ada kesempatan rematch melawan Gervonta Davis. Namun, tak lama setelah itu, Garcia tampaknya berubah pikiran. Ia menyatakan bahwa Stevenson “tidak membawa apa-apa”.
Memang, jika dilihat dari sisi komersial, Shakur belum mencapai level petinju yang bisa menarik banyak penonton di tayangan PPV. Apalagi, dua pertarungan terakhir Stevenson melawan Edwin De Los Santos dan Artem Harutyunyan berakhir dengan cemoohan dari penonton. Jadi, apakah pertarungan ini benar-benar menarik perhatian? Setidaknya menurut Hopkins, itu adalah pertarungan yang layak ditonton.
Jika benar duel ini terjadi, hal berikutnya yang jadi perbincangan adalah bobot pertarungan. Garcia, yang bertarung di 135 pon, kemungkinan besar akan menantang Stevenson di kelas catchweight. Ini berarti Stevenson harus naik dari 130 pon. Dengan perbedaan kelas ini, muncul pertanyaan apakah Stevenson bisa bersaing di kelas yang lebih berat dan apakah Garcia bisa menunjukkan performa maksimalnya setelah masa skorsing panjang.
Bagaimanapun, pertarungan antara Garcia dan Stevenson akan menjadi topik panas di dunia tinju. Garcia yang tengah dilarang bertarung jelas tidak bisa langsung berhadapan dengan lawan besar. Namun, jika duel ini terwujud tahun depan, ini akan menjadi momen yang dinantikan banyak penggemar. Terlebih, banyak yang penasaran, apakah Garcia akan kembali ke ring dengan performa yang sama setelah skandal doping atau justru mengalami penurunan.
Yang jelas, Bernard Hopkins tampaknya yakin dengan kemampuannya. Ia percaya Garcia bisa mengalahkan Stevenson, meski reputasi Shakur di ring cukup solid. Akan menarik untuk melihat apakah tantangan ini hanya sekadar strategi untuk menjaga nama besar Garcia atau benar-benar perencanaan matang untuk kebangkitan kariernya.