Inewscomplex – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali menggemparkan panggung internasional. Dalam unggahannya di platform Truth Social, ia menyampaikan niat untuk menerapkan tarif tambahan sebesar 10 persen terhadap negara-negara anggota BRICS, termasuk Indonesia. Langkah ini muncul sebagai reaksi atas sikap BRICS yang mengutuk kebijakan tarif serta serangan AS ke Iran. Sikap Trump itu langsung memantik reaksi keras dari sejumlah pihak, termasuk China sebagai salah satu anggota kunci BRICS.
“Baca juga : Harga Emas Hari Ini Turun Tipis: Waktu Tepat Investasi? “
Trump menyebut bahwa negara-negara BRICS terlalu mencampuri kebijakan luar negeri AS, terutama saat mereka bersama-sama mengecam agresi militer AS dan Israel ke Iran. Ia menganggap pernyataan bersama BRICS bukan hanya bentuk kritik, melainkan provokasi. Dengan retorika yang menggelegar, Trump menyampaikan bahwa AS tidak akan tinggal diam terhadap apa yang disebutnya sebagai “pengkhianatan diplomatik” dan siap membalas dengan tarif baru.
Menanggapi ancaman Trump, China mengambil posisi menenangkan. Mao Ning, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, menegaskan bahwa BRICS tidak mencari konflik dagang dengan AS. Ia menambahkan bahwa perang tarif hanya menciptakan kerugian bersama dan tidak menghasilkan pemenang. China mengingatkan bahwa proteksionisme yang diterapkan melalui tarif tambahan justru menghambat pemulihan ekonomi global, termasuk bagi negara-negara berkembang.
Sumber ketegangan ini berakar pada pernyataan resmi BRICS yang dirilis dalam konferensi beberapa minggu lalu. Dalam pernyataan tersebut, BRICS mengkritik keras tindakan sepihak AS di Timur Tengah dan menegaskan pentingnya kerja sama multilateral. Namun, bagi Trump, ini dianggap sebagai sikap permusuhan yang berujung pada pengumuman kenaikan tarif baru. Ia mengklaim bahwa langkah tersebut akan melindungi kepentingan industri domestik AS yang selama ini merasa dirugikan.
Sebagai anggota BRICS Plus, Indonesia ikut terseret dalam pusaran ketegangan tersebut. Ancaman tarif tambahan tentu berdampak besar pada ekspor utama seperti tekstil, furnitur, dan produk agrikultur yang masuk ke pasar Amerika. Pemerintah Indonesia masih belum mengeluarkan pernyataan resmi, namun para pengamat memperkirakan bahwa diplomasi ekonomi akan menjadi jalan utama untuk meredakan situasi. Indonesia diharapkan mampu menjaga hubungan baik dengan kedua belah pihak tanpa harus kehilangan mitra strategis.
Di tengah panasnya isu internasional ini, nama Nurmala Kartini Sjahrir mencuat sebagai calon Duta Besar RI untuk Jepang. Perempuan yang merupakan adik dari tokoh senior Luhut Binsar Pandjaitan ini menjalani uji kelayakan di DPR. Penunjukannya menjadi bagian dari 24 nama calon dubes yang diajukan Presiden Prabowo Subianto. Peran para duta besar ke depan dinilai krusial dalam menjaga stabilitas diplomatik Indonesia di tengah situasi global yang kian tak menentu.